Skip to main content

Menulis

Rajin amat sich posting? ibu yang cantik ini pernah menanyakan pertanyaan ini, sebenarnya gak 1 dua kali pertanyaan ini terlontar. Ibu dosen ini juga pernah menanyakan hal yang sama. Juga semua teman milis sayapun hampir sama dalam berkomentar: Ya, kamu tidur depan komputer ya?
Dan jawaban seorang Yaya selalu sama: menulis adalah hidupku (mungkin juga bagi setiap orang).
Kalau bagi saya sendiri menulis adalah cara pelepasan rasa di hati, apapun itu, rasa sedih, senang, bersemangat, dan semua yang saya rasakan. Dan mungkin karena saya sering melihat kakak perempuan saya yang bekerja sebagai jurnalis, jadi saya juga ketularan.
Setiap manusia pasti tiada hari tanya menulis, entah itu menulis diari, daftar belanja, surat, sampai menulis buat kerjaan. Begitu juga dengan saya. Dari SD sampai sekarangpun saya punya diari sampe 10 buku. Isinyapun bermacam-macam. Dari lirik lagu (oya, mumpung lagi ngomongin lagu, ada yang punya lirik lagunya Sherin, arti sebuah keangkuhan gak?), sampe cerita tentang perasaan. Bahkan waktu kuliahpun, saya senang sekali sama pelajaran writing, biarpun dikasih tugas nulisnya harus dengan penelitian dulu.
Dan dari 1 tahun yang lalu, saya mulai menulis puisi. 1 puisi, 2 puisi sampe sekarang Alhamdulillaah sudah lumayan banyak. Seorang Yaya yang tadinya hanya menulis buat kesenangan sendiri, sekarang sudah berani ikutan milis ikut mengemukakan pendapatnya, dan berkembang menjadi punya tempat sendiri untuk menuangkan tulisan-tulisannya.
Jadi....Ya....
menulis itu benar-benar merupakan dunia saya.

Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

My 2 cents

It started a couple of months ago, when I wanted to get rid of several books I own by having a book giveaway in my blog. Unlucky me, the moment is also coincided with an event held by an institution who collected books for donations. Then, I mus say this...unfortunately, some people started to question me.. "why didn't I donate them?" "you know, there are others who can't afford to buy book, etc..etc.." Ok, honestly... I was annoyed . Wasn't it enough that I said "this time I wanna give the books away with MY way? Oh please, don't use the this-is-Ramadhan,-so-it's-a-great-way-to-do-nice-things-for-others-excuse . Not to be defensive or anything, if I want to do great things I don't have to let the whole wide world know, don't I? and don't you agree there are still other nice ways to do the so called great things? Just my 2 cents..