Skip to main content

Posts

Showing posts from May, 2006

Untuk anakku, kelak

Buka hatimu, nak. Dunia luas menantimu. Untuk tumbuh, berkembang, menjadi dirimu sendiri. Juga, untuk tetap menyayangi kedua orangtuamu yang selalu berada di belakangmu. Untuk menahanmu sebelum kau terjatuh, memberitahu ketika kau terlupa sesuatu . Buka hatimu, nak. Manusia mungkin tidak semuanya baik, ada saja yang akan menerkammu dari belakang saat kau mengira ia baik. Ada yang akan melupakan dirimu, walaupun kalian telah menjadi sepasang manusia yang erat hubungannya. Bahkan akan ada yang akan mencintaimu sepenuh jiwanya . Iya nak, kau harus tetap menjaga hatimu. Sekecewa apapun dirimu pada dunia. Karena nak, dunia boleh boleh berkata tidak suka atau berbuat jahat terhadapmu. Kamu harus tetap hidup, jadikan sisa tangismu kekuatan yang akan memapah langkahmu ke depan . Anakku, dunia mungkin akan terlihat sempit di matamu. Sesungguhnya, engkau akan bertemu dengan orang-orang yang selalu akan ada di hatimu. Hiduplah nak, jangan biarkan dunia mendiktemu. Jalani hidupmu di dunia sebagai

Cinta lain

Buat apa aku berlari bila akhirnya kuberlari di jalan yang salah Buat apa aku memilih terbang bila harapanku bukan berada di langit Juga.. untuk apa aku berharap denganmu bila kamu meracaukan semua anganku Jika akhirnya kumemilih tinggal tak melanjutkan mimpiku bukan kumenyerah pada cintaku Aku hanya memilih cinta yang lain boleh?

Mengusung tradisi dengan panggilan

Haloo semua! salam kenal! Nama Saya Ami.. saat ini saya berlokasi di Melbourne karena sedang nemenin suami kuliah dan menjadi full time mother disini untuk anak Saya tercinta Addry (2 thn). Sekilas isi email perkenalan di salah satu milis penulisan yang saya ikuti. Email sejenis itu bukan hal yang baru lagi yang mengisi milis. Karena memang memperkenalkan diri bisa dibilang hukumnya wajib bagi setiap anggota baru, bila tidak mau dibilang tidak memiliki etika :-) Tapi email ini sempat membuat saya mengerutkan kening. Sebentar, Ami..Addry..Melbourne. Sounds familiar. Baru saya ingat. Ya ampuuun, dunia sempit sekali. Karena Ami ini ternyata istrinya anaknya keponakan mamaku. Selanjutnya, saya dan Ami saling menyapa lewat Yahoo Messenger. Kembali, kita ditimpa kebingungan saat harus membiasakan diri dengan panggilan. Lho, kenapa? Soalnya Ami harus memanggil saya dengan sebutan tante, padahal secara usia kita hampir sepantaran. Saya sempat protes juga, kenapa harus tante? Apakah saya sudah

Done you

Knowing my heart belongs to me Thus, no one could ever take it out of me nothing could make me do otherwise Even so.. I'm done crying over you I'm done doing things for you I'm done making poem about you... I'm done you...

Perempuan itu..

Perempuan itu berdiri di pinggir jurang. Siap untuk melompat menuju kedalamannya. Siap untuk mengakhiri segala sakitnya. Semilir angin bertiup ia rasakan sejuk di kulit mukanya yang basah karena tangisnya sekian lama. Tubuhnya menggigil, entah karena hembusan angin atau kebekuan hatinya yang mulai mencair. Perempuan itu telah berdiri selama satu jam di situ, di pinggir jurang itu. Segala peristiwa dalam hidupnya silih berganti bermunculan di benaknya, seperti slide-slide rol film yang berputar. " Berusahalah, sampai jiwa dan ragamu lelah ." Lewat monitor komputernya siang itu, seorang sahabat menasehatinya. " Aku sudah lelah, tapi aku masih memiliki rasa itu ," jawabnya. " Ketika kamu lelah, tapi kamu masih memiliki rasa itu. Itulah cinta ." Perempuan itu menutupi mukanya dengan sebelah tangannya, untuk mengusir kecamuk di hatinya. " Namanya Rena. Aku sayang sama dia ." " Selamat ya, akhirnya kamu menemukan belahan jiwamu ." Ia mengucap

Catatan di hujan

De ja vu' lagi... Kenapa aku? lama-lama ini menjadi sebuah rutinitas kehidupan cintaku. Saat aku mulai nyaman dengannya, sesuatu terjadi. Kenapa dia? dari sejuta lebih hembusan nafas di dunia ini, haruskah selalu nafasnya yang selalu lebih banyak mengisi relung hatiku. Kenapa kita? dari jutaan nyawa di dunia fana ini, kenapa harus aku dan dia yang tak saling menyapa? Aku tak bisa lagi menjalani ini. Bilang aku pengecut, seorang yang pengalah, atau apalah sesukamu. Tapi terimakasih. Aku tak perlu lagi untuk menyerahkan jantungku, hatiku bahkan hidupku ke tangan orang lain. Kenapa aku yang benci pada hujan malam ini? Gemericiknya yang tiada henti menyenandungkan nada-nada memori lama Malam ini, hujan Ingin kudekap rintiknya yang bertetesan membasahi dunia Kukejar jejakmu di lembabnya angin malam bersama maaf yang tertinggal Parau suaraku memanggil namamu yang hilang tertelan kerasnya nyanyian hujan Malam ini, hujan saat kupeluk sisa-sisa rintiknya ia mengering meninggalkanku dengan i

Saat itu

Pergi ..memenuhi janji untuk musnah darinya Bila puing-puingku tlah terurai menjadi debu dan tak terbudakkan rasa lagi Bila ku tlah berhenti mencari jawaban dan membiarkanmu lewat dari hidup seorang ria Saat itu akan ada ..saat kutak lagi rasakan darahku beku di sela-sela kecewaku

Bayangmu di aku

Musim belum berganti tapi daun-daun berguguran, ikut menunaikan kewajibannya merasakan gemuruh di hatiku. Gemuruh di hatiku kembali terdengar, sekian lama melarutkan diri dalam kesunyian hati. Kini kembali menyuarakan apa yang teredam lama. Kesunyian hati terusung di paling dalam, tak berani menyuarakan sedikitpun kata hati. Takut, kalbu akan remuk mendengarnya. Dan tadi..semuanya porak-poranda habis memakan semua janji untuk tetap dalam keheningan. Tadi terlalu ramai untuk dibiarkan tak bersuara. Tadi terlalu indah untuk dibiarkan tak terlukis. Tadi terlalu merdu untuk dibiarkan tak bersenandung. Tapi tadi..aku membiarkannya tanpa sempat. Bahkan untuk membekukan waktu. .. untuk meleburkan bayangmu di aku.

?

Begitu banyak inginku Pena ini memburu menuju kering Cepat! Tinggalkan! Sekarang! Hatiku menderu mengejar.. Aku harus cepat meninggalkan keinginanku padanya sebelum ia mencabikku menjadi manusia tanpa rasa (boleh, aku beristirahat sejenak. Sampai senja membawa lelakiku kembali?)