Skip to main content

Posts

Showing posts from July, 2006

Keangkuhanku

Janganlah kau angkuh untuk meneteskan airmatamu. Mengaku tak memiliki dosa apapun juga... Astagfirullaah, jujur saya sempat menyangsikan apakah hati saya masih dapat tersentuh di ESQ kedua saya ini. "Apa yang diberikan oleh matahari di pagi hari?" Jawabnya adalah cahaya. Iqra (bacalah dengan nama Tuhanmu)... "Apa yang diberikan oleh matahari di pagi hari?" Iqra (bacalah dengan nama Tuhanmu)... Siapa yang memberikan cahaya itu kepada matahari? Iqra (bacalah dengan nama Tuhanmu)... Allah..Allah..Allah... Saya begitu angkuh, begitu sombong, begitu picik bertekad tak akan lagi meneteskan airmata ini. "KENAPA KAU MASIH MENYANGSIKAN TUHANMU!!" Dan pertahanan diriku rubuh, kesombonganku luluh lantak begitu mendengar pertanyaan itu. Aku merintih memanggil nama Tuhanku. Begitu lama kumempertanyakan keesaan-Nya. Begitu sering ku sangsikan jalan-Nya. Bahkan tak jarang kumarah pada keputusan-Nya akan fisikku, akan kemampuanku, akan pekerjaanku yang tak kunjung tiba.

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da

Mendengar suara Allah

Subhanallaah, ESQ kemarin mengajarkan banyak sekali bagi diri saya pribadi. Di hari kedua kita (terutama saya) mendapat pencerahan tentang suara hati. Saat itu Bapak Iman (trainer kita) memanggil salah seorang peserta untuk menemaninya di depan. Kemudian, Pak Iman mengajak ngobrol beliau sambil beranjak duduk. Otomatis peserta tersebut ikut duduk. Setelah orang itu duduk, Pak Iman beranjak berdiri. Kembali, bapak itu ikut berdiri. Hal itu terjadi sampai 3 kali, Bapak Iman duduk dan kembali lagi berdiri. Sampai akhirnya Pak Iman duduk kembali dan peserta training yang dipanggilnya diminta untuk tetap berdiri. Kelihatannya trainer saya sedang bercanda ya? Ya, itulah yang ada di pikiran saya juga. "Bapak-bapak, ibu-ibu, apa yang ada dalam pikiran kalian sekarang?" begitu tanya Pak Iman kepada peserta training. Macem-macem jawabannya. "Pak Iman, berdiri." "Pak (tertuju ke si peserta yang di depan), duduk aja." "Apakah saya akan berdiri begitu saja?"

"Apa yang kamu mau?"

Akhir minggu kemarin, alhamdulillaah saya mendapat kesempatan mengikuti training ESQ selama 2 hari. Di hari kedua, ada satu session yang sangat melekat di hati saya. Para peserta training diminta untuk berpasang-pasangan (tetap laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan). Syaratnya usia antara kita dan partner kita tidak boleh terpaut terlalu jauh. Kita diminta untuk duduk berhadapan. Setelah menentukan siapa orang pertama (yang bertanya terlebih dahulu) dan orang kedua (yang menjawab), semua lampu di ruangan itu dimatikan sehingga ruangan menjadi gelap. Kemudian trainer kita (Bapak Iman Herdimansyah) meminta kita untuk membayangkan bila saat itu adalah detik terakhir kita di dunia. Selanjutnya, kita diminta untuk berpelukan setelah sebelumnya mengucapkan Basmalah dan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan apapun yang diucapkan oleh masing-masing dari kita. Dan orang pertama diminta untuk bertanya kepada orang kedua. Pertanyaannya simple sekali, "Apa yang kamu mau?&quo

Jakarta, malam panjang

S ilau menipis di sudut malam ikut meninggalkan pagi Temaram Maghrib menghiasi titian Jakarta Ada yang masih sibuk selalu dengan tumpukan kertas.. berjuta-juta uang dihitungnya beratus-ratus tempat disinggahi Bila nakal (atau) nafsu? menggeliati hati maka mencumbu kupu-kupu jalananlah hiraukan jenis kelamin, terkadang atas nama hiburan..melepas lelah..bosan Jakarta malam panjang selimurkan makna hidup Dua sisi yang memiriskan hati Di dalam suatu kaca saling bersulang memanjakan diri menyuapi keinginan birahi Tak ada yang sadar, melihat di luaran.. mengais, mengiba..mengorbankan martabat memuaskan diri? aaah, terlalu muluk.. Malam ini berharap untuk masih melihat sinar esokpun sebuah harapan yang tinggi untuk dijangkau

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per