Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2005

Suatu saat...

Tetapi getaran suaranya masih menusuk di dalam kalbu sentuhannya masih melekat di setiap nadi pandangannya menembus mengencangkap detak hati ..dan Ketika logika menepiskan harap untuk menunggu Hati tetap berharap Suatu saat....

Saat

Saat kata-kataku dibunuh dengan bisumu Saat sikapku dijerat oleh kesinisan perilakumu Saat rinduku tenggelam dalam hitungan masa Saat semuanya tak dapat lagi kembali Di setiap perilakumu Aku di sini takkan pernah menyerah untuk percaya Kau pasti kembali

Manusia bodoh

Banyak sekali kata maaf terucap. Maaf aku masih sayang Maaf aku membenarkan semua perbuatannya yang menyakitkanku. Maaf aku masih menunggunya. Maaf aku masih memikirkannya. Maaf aku tak dapat melupakannya. Manusia bodoh, mungkin itulah aku. Seorang manusia bodoh yang belum dapat menerima kenyataan. Seorang manusia bodoh yang tetap dalam tahap "denial" Seorang manusia bodoh yang mengharapkannya Maaf aku manusia bodoh

Definisi hubungan

Dulu.. Aku pernah marah dengan diriku. Kenapa harus memakai perasaanku. Teringat quote " Things happen for a reason .." Sekarang... Definisi hubunganku dengannya: Seorang yang aku cinta Seorang yang membuatku marah Seorang yang aku tahu pasti akan selalu ada kemanapun aku pergi. Seorang yang aku mengerti Seorang yang aku sayang tanpa harus memakai perasaanku yang pernah ada... Kalau kamu membaca ini, ini memang untuk kamu

Kerinduan

Pagi ini aku bangun dengan satu tanya, yang tiba-tiba saja bertamu dalam sel-sel pikiranku. Bagaimana kalau aku tidak akan pernah lagi dapat berbicara dengannya? Pikiran itu begitu mencekamku, begitu menakutkan. Aku merasakan satu ruang dalam hatiku tertekan, menjadi kosong Apapun alasannya, aku hanya tidak ingin menghabiskan sisa hidupku tidak berbicara lagi dengannya. Aku pernah kehilangan seorang sahabat rasanya hidupku tak sama lagi Ketika aku bertemu dengan sahabatku kembali kita seperti dua orang asing bertemu Dunia seperti menamparku, keras. 31 Maret 2005... Aku tidak akan pernah melupakan hari itu Aku merasakan satu ruang dalam hatiku kembali terisi Pernah mendengar pertanyaan "bila boleh memilih 1 moment dalam hidupmu, yang mana yang kamu pilih?" Dulu aku hanya tertawa mendengarnya.. Pertanyaan aneh, Sampai.. Hari ini. Aku memilih tanggal itu. Aku memilih hari itu. Aku memilih moment itu. Kalau boleh memilih aku memilih waktu masih ada dia sebagai temanku Seperti kil

Angel

An angel was here yesterday hovering my sadness comforting my sorrow wiping my tears How I miss my angel Don't know where my shoulder to cry on is now Didn't mean to push my angel away Missing my angel so much Just wishing my angel were here

Menggenggam Dunia

Pernah kuberpikir.. kapan aku bisa menggenggam dunia? Kini kutahu jawabnya... Saat aku memeluk.. Hayyu dan Valerie mencium Walid menggandeng tangan Isya atau menggendong Ayya Aku lagi memegang dunia Saat aku merasakan waktu berputar begitu cepat ketika bersama saudara-saudara kandungku dunia seperti erat kugenggam Kini aku tahu jika ingin kumemeluk dunia Aku hanya perlu melihat keluargaku

Sha..dalam kenangan

Hendak kutepiskan rasa kehilangan ini tapi ku tak mampu Ada yang menggigilkanku saat kutahu kau telah pergi Kumerasa dunia menjadi dingin Hendak kupanggil namamu lewat kotak Messenger kita tapi kutahu kau takkan menjawab panggilanku Temanku telah pergi Kau telah pergi Bukan selamat tinggal untuk Sha... Semoga Sha tidak merasakan sakit lagi Ada Tuhan yang menjaga Cium sayang buat Sha yang sudah tenang

Malam

Hitam menggulung awan pekatpun mengambil alih Malam datang..pergi Memang aku tak mengerti Memang ku yang salah Melewatkan malam biarkan kasih...lewat

If things were different

now maybe I could say miss you very much If things were different I won't question anything not even why you go If things were different I would stop pretending everything's fine If things were different I would tell him the moon are so bright tonight reminds me of you

Nara, aku cinta

3 Juli, 2005 "Ini yang terbaik kan, Nara?" "Ya, ini yang terbaik," lirih Nara berucap. Malam itu dunia serasa berhenti pekat semakin gelap Kehidupan tak lagi bernafas "Kenapa Nara?" Yudis hampir tak dapat mengeluarkan suaranya yang tercekat. "Sudahlah Yudis, cobalah mengertiku." Nara memandang lekat-lekat muka Yudis, laki-laki yang mampu membuat hidupnya hidup. "Aku mengertimu, Nara. Aku mengertimu sekali. Begitu aku mengertimu sekali, makanya aku tau ini sebenarnya bukan maumu." Nara diam, tak mampu menjawab, yang keluar dari mulutnya hanya, "peluk aku Yud." Malam itu dunia serasa berhenti seolah memberi penghormatan terakhir untuk satu cinta Yudis memeluk Nara, erat. Muka mereka beradu tak ingin saling melepaskan Malam itu cinta berpisah THE PRESENT DAY, jam 2 pagi Naraaaaaaaaaaaaaaa!!!!!!! Yudis berteriak dalam tidurnya seiring dengan bunyi handphonenya, KRIIIIIIING KRIIIINGGGGG!!! Masih merasa gamang dengan mimpinya, Yudi

Doa

Ngeliat mamaku tadi nyuapin Ayya, keponakanku yang masih bayi, terbersit suatu doa... Ya Allah Ya Rabbi bila Engkau berkenan untuk memberi kita semua umur Panjangkanlah umur kita Ya Allah agar kita bisa menggunakan umur kita untuk selalu beribadah dan berbuat kebaikan di dunia di jalan- MU Ya Allah bila Engkau berkenan aku ingin keluargaku sakinah aku ingin mamaku masih ada untuk menyuapi anakku nanti Ya Allah kabulkanlah doaku Amin

Later

Selesai juga akhirnya. Menjalin kalimat demi kalimat untuk kukirim. Tapi, entah bagaimana bisa tiba-tiba perkataan sahabatku kembali berbisik dalam hatiku Dia menghilang dan sepertinya sengaja Kulihat kembali draft emailku Timbul ragu mengirimkannya dan mataku mulai basah Aku menangis karena ucapan temanku menusuk kalbuku Aku menangis karena temanku benar Aku menangis karena sebesar apapun inginku mengirimkan email ini Aku tak mampu Muncul pop up window: do you want to send it now? or Later Aku mengklik Later

Angin

Anginku..kau Bertiup ke arahku lembut kencang Menyelimuti duniaku mengisi hampaku Begitu menikmati sejuknya hembusan angin Begitu terlena dalam nyamannya hidup saat itu Tak sadar angin menghembus menjauh mengembalikan sendiriku

Mengukur Cinta

"Seberapa besar cinta kamu ke dia?" Aku terdiam. Mencoba berdalih, kutampilkan gambar orang tersenyum di layar komputer. Teman mayaku tak bertanya lagi. Mungkin dia telah dapat menerka jawaban gantungku. Mungkin dia tak ingin memaksakan jawaban keluar dari hatiku. Apapun itu, aku sendiripun masih tidak tahu. Waktu berlalu Hari berganti menjadi minggu. Minggu berubah menjadi bulan. Temanku tak pernah mempertanyakannya lagi. tapi.. pertanyaan singkat temaku masih bermain dalam pikiranku. Aku... yang mengakui mencintainya Aku.. yang pernah menangis karenanya tak dapat menjawab pertanyaan singkat itu Mengukur Cinta... Mampukah aku dapatkah aku Semulia itukah cintaku untuk melepaskannya menjalin cinta biarpun dengan yang lain?

Pelangi kebahagiaan

"Emang aku salah ya?' sebaris pertanyaan kuhadiahkan untuk temanku. "Enggak kok, kamu gak salah. Tidak ada yang salah dengan mencintai seseorang." "Tapi kenapa aku jadi merasa bersalah ya?" "Kamu hanya ingin bahagia. Kamu layak bahagia. Biarpun tidak sama dia." Katanya bila kita bahagia saat melihat orang yang kita cintai berbahagia dengan orang lain itulah CINTA SEJATI . Tahu kenapa aku merasa bersalah? karena aku sedikitpun tidak bahagia. Karena itu, aku merasa egois Tapi, itulah aku.. Aku menangis saat aku sedih Aku tertawa di saat aku bahagia Tak pernah dapat berpura-pura sedetikpun. Akan ada pelangi setelah hujan deras. Yakinlah... "Yakin?" tanyaku. Aku yakin, pelangi pasti akan datang. Juga..aku yakin kamu pasti bisa bahagia

Ke mana cinta?

Aku pikir semuanya hanya ada di layar kaca Aku pikir tak mungin ada yang sejahat itu Aku pikir itu hanya rekaan Hari ini tubuhku menggigil Takut sedih marah Tertampar oleh realita dunia Mendengar suatu cerita Begitu kejam Ke mana cinta? * Aku hanya bisa berdoa untuknya Semoga Allah menunjukkan yang terbaik melindungi jiwanya

Yang Menyakitkan

saat harus mengatakan selamat tinggal sementara batin mengatakan tidak mau nanti dulu sebentar lagi Yang menyakitkan saat pikiranku kosong kehilangan rasa Yang menyakitkan saat membenarkan semua perbuatannya yang melukakanku Yang menyakitkan saat tak tahu lagi harus berkata apa menjelaskan mauku Yang menyakitkan ketika aku enggak tahu lagi membedakan mana yang tulus dan mana yang bertopeng Yang menyakitkan kumasih sayang sekali dengan dia yang telah pergi Yang menyakitkan aku masih berdalih tak ada yang terjadi di aku

Berakhir sudah

Layar tergerai tutupi panggung mengakhiri satu babak Tak terdengar gemuruh tepukan tangan Tak ada penghormatan terakhir Tak perlu air mata atau tawa Semuanya bergerak keluar dalam sunyi Semuanya mengerti Sebuah babak tentang bintang berakhir sudah