Skip to main content

Aliran yang Baru

"Oke class, that's all for today, thank you for coming and I see on Wednesday", hari sudah gelap ketika Nina mengakhiri kelasnya. Saat muridnya yang terakhir keluar dari kelas diapun keluar dan menuju ke kantornya. Pas Nina masuk di kantornya, ternyata temen-temn guru yang lainnya sudah ngumpul semua di situ, juga Tio, guru cowok yang baru itupun masih ada di situ.

Nina menyimpan map absennya di lemari ketika Rendi, bosnya ngomong sesuatu, "Teachers, attention please. I want you to meet your new colleague, Tio."

Langsung secara bergantian semua guru di situ ngomong, "Hai Tio, selamat bergabung ya", "welcome to the jungle". Dan Tio, pusat perhatian malam itu hanya bolak-balik menjawab, "thank you, makasih yaa".Nina yang sudah merasa capek banget dan pinggangnya yang pegel minta dipijet gak ikut menyambut temen barunya itu karena dia merasa toh tadi udah kenalan.


"Na, sini bentar deh," panggil Rendi bosnya.

"kenapa Rend?" bales Nina dengan santai,karena memang di tempat kerjanya tidak ada peraturan untuk saling memanggil dengan sebutan pak atau bu antarsesama guru.

"Loe ngajar kelas Basic 3 ya?" tanya Rendi.

"yes, why?"

"Pinjemin donk buku loe ke Tio, because he's going to teach that level too."


"oke, nich bukunya." Nina-tanpa banyak tanya lagi-langsung nyodorin bukunya ke Tio.

"thanks ya".

"you're welcome, tapi besok bawa ya," balas Nina.

"Ok oke", Tio meng-okekan.

"Ya sud, gue pulang dulu ya Rend, Yo," Nina langsung pamit untuk pulang dan berjalan menuju mobilnya di parkiran, saat tak lama..


"Na,Nina..," ada suara yang memanggilnya.


Nina menoleh dan heran waktu ngeliat Tio yang mengejar di belakangnya. "Kenapa Yo?"


"mmm, can I have your phone number, just in case I wanna ask you something about the book?"


"boleh aja, nomer gue 0817122987, kalo nomer loe?" Nina balik bertanya.


"Nomerku 081314687267".


"Sip, udah ya gue balik".


"Bye Na."


Dan..Tio memang menelponnya malam itu, juga malam-malam berikutnya. Ternyata Tio tidak sependiam yang Nina bayangkan, karena dia itu lumayan nyambung di telpon, juga lumayan terbuka (walopun kalo sifat moody-nya muncul, dia bisa berubah menjadi sedingin es). ==========================================================

Gak terasa sudah 3 bulan Tio menjadi teman Nina, temen kantor, temen ngobrol di telpon, temen. Hanya temen, tadinya. Tapi sekarang..Nina merasakan sesuatu yang beda, ada aliran yang gak lagi sama dia rasakan setiap kali matanya menatap Tio, ngobrol dengannya atau sekedar berpapasan dengannya.


Seperti aliran listrik

mengalir
menggetarkan


Itulah cinta


Apakah seorang Nina (yang berusaha untuk selalu nyuekin setiap ada perasaan yang sama hinggap di hatinya) telah jatuh cinta kepada seorang Tio?


Asaku timbul kembali
setelah sekian lama hilang


Rasaku kembali cair
setelah lama ditinggalkan
beku mendingin


Senandung kembali terdengar
setelah lama bait-bait lagu tak terdengar


Mungkinkah
aku telah jatuh cinta
kepadamu


TO BE CONTINUED (AGAIN)

Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...