Skip to main content

Ada yang Jaim

"Mbak, mbak..bangun."

Nina merasakan ada suara yang memanggilnya dari kejauhan.

"Mbak, bangun. Udah jam 2 lho, gak ngajar?"

Suara yang dia dengar makin jelas, Nina mulai membuka matanya,berat.Dia meliat mbak Muri,asisten ibunya, berdiri di samping tempat tidurnya sambil menepuk-nepuk bahunya.

"Iya mbaak, udah bangun." Sambil bangun dari posisi tidur Nina menguap.

Nina langsung menyiapkan segala keperluan ngajarnya untuk hari ini, dan karena hari ini dia ngajar kelas yang isinya murid berjender cowok semua, makanya Nina memilih memakai kemeja birunya yang dipadukan dengan rok hitam. Warna biru kan mengandung unsur "tenang" dan untuk ngajar kelas cowok, ketenangan amat sangat perlu dimiliki, bukan?


Masih sepi sewaktu Nina nyampe di kantornya, hanya ada Santi yang memang selalu datang lebih awal.

"Halo cinta." Nina menyapa Santi yang juga sahabatnya dengan panggilan sayang mereka
berdua.

"Hai cin," senyum, Santi menyapa Nina.

"Kok masih sepi sich? Rendi belom dateng?"

"Hari ini Rendi ijin kata Bu Lia," saut Santi.

"Oooo, kalo Tio?"

"Belom tuh, paling juga agak telat," jawab Santi sambil nyodorin buku absen ke Nina.

"Hehe, seperti biasa yaaa." Nina terkekeh.

"Tau tuh, cowok loe," goda Santi.

"Iiih, siapa yang cowok gue?" Nina tersipu, tapi dalam hati seneng.

Sudah hampir jam setengah 4 pas Tio-The-Rush-Guy (nick name dari Nina dan Santi, meliat kebiasaan Tio yang selalu terburu-buru) nyampe di kantor.Tapi tumben sore ini, Tio bukan Mr.The Rush Guy, karena pas dia dateng, dia gak langsung tanda tangani buku absen tapi malah...

"Hai Nin," Tio menatapnya sambil duduk.

Seorang lelaki
angkuh
memandang


Saat cinta balik memandang

akankah lelaki itu
meluruhkan
angkuhnya

Jengah,karena ditatap,Nina berusaha menghindar tatapannya sambil nyodorin buku absen. "Tanda tangan dulu nich."

"Nin,gue mau ke kamar mandi dulu ya," Santi berdiri dari duduknya.

Nina menatap wajah Santi dengan pandangan "loe-kok-ninggalin-gue-sendiri-sama-dia-sich?" tapi Santi pura-pura nggak ngeliat Nina.

"Semalem tidur jam berapa jadinya, Na?" Tio bertanya, santai.

"Cepet kok, yaa abis kita telpon itu, gue langsung tidur."

"Emang loe biasa insomnia ya, Na?"

"Enggak juga sich."

Sejak mengenal kamu
aku ingin pagi cepat datang lagi

Sejak mengenal kamu
aku merasa takut lagi
takut kehilangan kamu

Sejak mengenal kamu
malam serasa berat
karena harus berhenti
memikirkanmu

"Yang gue tau, orang insomnia biasanya karena lagi ada yang dipikirin." Suara Tio tetap santai, tapi entah kenapa Nina merasakan ada penekanan pada kata dipikirin.

"Ah, enggak kok, gak ada yang dipikirin."

"Bener nich?" Tio, menggoda.

"Iiiih,beneeer.."

"Loe gak lagi mikirin gue kan?"

JEGEEEEEERRRRRRRRR !!! Seperti mendengar petir di siang bolong, Nina kaget banget waktu ngedenger pertanyaan Tio, tapi sebelum dia jawab, Dila dateng.

"Eheeeeeeeeeem," Dila berdehem panjang menghampiri Nina dan Tio.

"Hei,tumben loe baru dateng, biasanya cepet," sapa Nina yang lega karena ada orang
lain di ruangan ini.

"Macet bangeet tau,"

"Dil,masuk yok,udah jam 4," langsung Nina ngajak Dila masuk ke kelas, padahal dia takut kalo Tio bakal nanya lagi.

"Ayo dech."

"Yo, loe mau ke kelas juga gak?" Nina berbasa-basi ke Tio.

"Duluan dech, gue mau cuci tangan dulu."

"See you later."

Pas keluar dari kantor, mereka papasan sama Santi...

"San,kita mau masuk dulu ya," Dila menyapa Santi.

"Good luck," bales Santi.

Dalam perjalanan menuju kelas mereka..

"Ngapain loe, pake berdehem-dehem segala tadi?"

Dila terbahak, "lagian kalian lucu deh, udah sering telpon-telponan, tapi kalo ketemu sama-sama jaim."

"Yaa gue jaim soalnya dianya jaim, masa' gue harus lebih bersemangat dari dia? Ah,udah ah, tuh murid gue dah dateng," Nina bergegas menuju kelasnya.

"Daaa."

Sewaktu Nina di kelas, sekilas dia melihat Tio setengah berlari menuju ke kelasnya juga, karena memang kelasnya di samping kelasnya Nina.


BERSAMBUNG

Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu. MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah. Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling ber