Skip to main content

Berantem?

Sudah hampir jam setengah 11 malam, tapi Nina tetap gak bisa memejamkan matanya. Akhirnya Nina bangun dari tempat tidurnya dan menghampiri meja kerjanya yang berwarna pink, menyalakan komputer dan modemnya. Begitu keduanya nyala, langsung muncul sebuah kotak Yahoo Messenger yang berkedip-kedip di komputernya.
Nina mengklik kotak tersebut.


Dla: Hei bu...kok belom tidur?
Nindia: hehe..gak bisa tidur.
Dla: masih mikirin Tio?
Nindia: enggaaaaak....
Dla: How do you feel now?
Nindia: to tell you the truth....gue gak terima.
Dla: gak terima kenapa? karena dicuekin sama Tio :D
Nindia: Hahahahahaha....enak aja! Bukan. Tapi hati gue gak terima aja kalo picture perfect gue tentang Tio ternyata salah.
Dla:maksud loe?
Nindia:Gini lho, kan selama ini bayangan gue tentang seorang Tio Iqbal Adriansyah itu dia keren,cool,baek,pinter,asyik kalo diajak ngobrol dan 1001 yang baek-baek lainnya. Tapi ternyata....
Dla:Tapi ternyata dia gak sesempurna bayangan loe.
Nindia:Iya :(
Dla:Naah itu karena eloe yang nyiptain dia untuk perfect kayak gitu.
Nindia:Iya siich emang.
Dla:Emang loe sama sekali belum pernah ngobrol berdua sama dia?
Nindia:Pernah sekali, tapi itupun amat singkat sekali. Saking singkatnya bisa masuk dalam Guiness Book of Records kaleee, untuk percakapan tersingkat..hehehehehe..
Dla:ROLF
Nindia: Loe tau gak Dil?
Dla: Apa?
Nindia: Gue gak minta banyak kok...cuman sekaliiiii aja kesempatan untuk ngobrol berdua sama dia. Sekali aja kesempatan for me to get to know him better.
Dla: well, u creat that chance donk bu.
Nindia: he eh sich... eh, gw ngantuk nih. udahan yaa.
Dla:ok, byeee...eh Nin...
Nindia:apa?
Dla:sorry tadi gue marah sama eloe. Emosi gue...
Nindia:it's ok say.


Nindia Sign out


Ok


"Mmmmm...picture perfect? Maybe..."Nina berpikir sambil nepuk-nepuk bantal Garfieldnya. "Bismillaahirrahmaanirraahii," Nina berdoa sebelum tidur.
===========================================


Waktu Santi dapet komentar-yang dingin-dalem-dan terkesan arogan dari Tio, Dila terkesan sangat emosi, dan mungkin marah sama Nina karena dia mengiyakan perbuatan Tio secara tidak langsung.
Makanya pas besoknya begitu ketemu sama Tio...


"Yo, gue mau bicara."


Tio yang baru dateng, sedikit kaget ditembak' sama Nina, "eh, bicara apa Nin?"


"Loe ngomong apa sama Santi kemaren?" tanya Nina tanpa basa-basi.


"Nin..what are you doing?" bisik Santi yang udah dateng juga dengan takut-takut.


"Ngomong apa sih Nin, gue gak ngerti? Tio masih dengan cueknya nanggepin sambil nulis.


"EH, LOE KALO DIAJAK NGOMONG LIAT GUE DONK!" Suara Nina mulai meninggi.


Raut muka Tio langsung berubah, membanting pulpennya dan berdiri, "Kenapa sich loe? Loe.." suara Tio juga mulai meninggi.


Nina dan Tio berdiri saling berpandangan, tajam.


Tanpa basa-basi langsung Nina motong, "Jadi...loe pikir guru pengganti itu gak penting yaa???"


"Ooooh itu, maksud gue gini..."


"Alaaaah, gak usah pake alasan segala deh. Jangan mentang-mentang loe lulusan S2, dari Kanada, pinter, trus loe bisa ngeremehin orang!"


"Dengerin gue dulu donk Nin, jangan judgemental gitu."


"Gue judgemental? bukannya eloe???"


"Gini lho Nina.."


"Alaaah udah deeh, gak usah pake ngeles segala!"


"UDAH SELESAI BELOM, GUE MAU BICARA!" gantian Tio meninggi suaranya.


Nina diam.


"Gini Nin, gue kemaren gak maksud apa-apa sebenarnya. Dan San..I'm sorry, that was a stupid remark I made," kata Tio melembut sambil ngeliat Santi.


"Gampang yaa minta maaf," Nina masih gak terima.


"What do you want me to do?" nada suara Tio berubah, melembut.


"I..I....you..you should change the way you act to other people."


"Duh..kok aku jadi gugup sih?" dalam hati Nina berbisik.


"I'm sorry Nina."


Nina menangkap ketulusan.


"Oke, gue terima. Maaf tadi aku emosi," akhirnya Nina yang hampir speechless ngeliat sikap Tio yang berubah 180 derajat, bisa ngomong juga.


Hampir 5 menit Nina dan Tio berdiri saling memandang tanpa berbicara, tapi kali ini tatapan mata Tio berbeda. Lembut, membelai sekaligus mengobrak-abrik pintu hati Nina.


"Halooo semuaaa," suara Dila yang baru datang mengagetkan semua yang ada di ruang itu.


Spontan Nina dan Tio melepaskan pandangan mereka.


"Hai..hai," kali ini Rendi yang masuk. Rendi ini termasuk bos yang funky, liat aja bajunya hari ini. Celana panjang hitam, kemeja merah, dan dasi hijau. Uuuggghhh, gak banget deh.


"Hari ini muridnya pada libur, jadi gak ada kelas. So, if you wanna leave now it's ok," Rendi ngomong sambil nyalain komputer.


"Ya udah, deh. Gue pulang lagi. San, mau bareng gak?" ajak Dila.


"Ayo deh," Santi mengiyakan sambil mengambil tasnya.


"Kalo gitu, gue juga pulang deh. Bye semuaaa," Nina juga ngambil tasnya dan berjalan ke luar.


"Na....Ninaaa!"


Nina menoleh, terlihat Tio yang mengejar di belakangnya.


"Duh, loe jalannya cepet banget sih Na," Tio ngomel.


Tak sadar Nina tersenyum. "Kenapa Yo?"


"Loe pulang dijemput ya Na?"


"Gak, hari ini gue pulang harus naek bis. Mobil gue ngambek, harus masuk bengkel gitu deh."


"Gue anter mau?"


Hah? Tio nganter gue? yang bener aja? dalam hati Nina menahan diri untuk gak jingkrak-jingkrak kesenangan.


"Boleh."


"Kalo gitu, yuk. Itu motor gue. Loe gak takut kan naek motor?" goda Tio.


"Iiih enak aja."


"Gue laper nich, mampir makan dulu mau gak?"


"Boleh," lagi-lagi Nina mengiyakan sambil masang helm.


Penasaran kelanjutan Tio dan Nina, apakah mereka ada chemistry? Nantikan kelanjutannya..SOON!







Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...