Skip to main content

Percakapan di antara rasa

Naira: kangen

Araya: sama bintang lagi?

Naira: Iyah

Araya: katanya mau cari bintang lain?

Naira: aku udah coba cari bintang lain.

Araya: lalu? katanya waktu itu udah ada?

Naira: ternyata aku belum bisa melupakan bintang yang dulu, biarpun aku dan dia jaraknya jauh sekali.

Araya: katakan saja isi hatimu sama bintang.

Naira: kalau semudah itu, sudah dari dulu kukatakan.

Araya: jangan dipersulit, katakan saja. Jujurlah sekali-kali dengan hatimu sendiri.

Naira: kadang jujur sama orang lain lebih mudah ya, daripada sama hati sendiri.

Araya: Itulah manusia.

Naira: Bukan, itulah aku.

Araya: Ya sudah, lupakan bintang.

Naira: kamu tahu tidak? Kamu itu adalah orang yang kesekian kalinya yang ngasih nasihat sama ke aku.

Araya: jadi?

Naira: jawabku masih sama: bukannya aku tidak mau, tapi..

Araya: tapi apa? jangan-jangan kamu hanya memberi alasan untuk mengijinkan hatimu supaya tidak pernah lupa sama bintang.

Naira: gimana aku bisa melupakannya?

Araya: pertanyaan itu hanya kamu yang bisa jawab.

Comments

WeSy 'CiCi' said…
aq sudah mengatakannya kepada bintang. walaupun kenyataannya bintang itu tetap jauh, tapi aq senang karena sekarang bintang tau isi hatiku :)
Kartina Mutien said…
coba untuk menerima bahwa bintang semakin jauh,..ga usah kau harap lagi walau itu mungkin susah..
coba buka untuk bintang yang lain...,mungkin itu lebih baik..
semangat donk semangat *salam*

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...