Nan, hatiku lelah. Amat sangat lelah. Dan tak ada hubungannya dengan lelaki senjaku yang bukan lelakiku lagi. Aku lelah "it's okay, I'll manage" padahal aku ingin sekali teriak "it's completely not okay. I'm hurt, detached, and miserable." But, I act tough anyway. Kemana perginya prinsipku "ikuti suara hati"? Mungkin benar, aku dan hatiku masih terbelenggu. Aku masih terbelenggu dengan ketakutan untuk ditinggal. By the way Nan, kamu tahu tidak kalau orang yang jujur sering membayar kejujurannya dengan mahal? Aku sudah jujur, dia juga akhirnya memilih pergi. Hahaha.. tahu tidak, aku sekarang memilih tidak mau lagi dan tidak akan pernah lagi melihat bintang. Dan saat senja datangpun, aku memilih tidak mau melihatnya. Padahal dulu "bintang dan senja" tak terlepas dari puluhan puisiku. I wish you were here, Nan. Cos I wanna shed my tears on your shoulder. Karena cuman kamu, yang mendengarkanku tanpa menghakimiku. Walaupun aku yang sal...