Skip to main content

Astagfirullaah

Saat Allah memanggilku
untuk mensyukuri pagi hari-Nya

Aku masih terbuai
di bawah sejuknya pendingin ruangan
di kamarku

Melewatkan panggilan Al Waduud
pemilik segala kesejukan
melebihi dinginnya kamarku

Bagaimana bisa
aku berharap akan mengawali pagiku
dengan tenang, tanpa persoalan duniawi?

Saat Allah memintaku
beristirahat sejenak di siang hari
untuk melepas lelah dan bercengkrama dengan-Nya

Aku memilih berkutat di mejaku
duduk menghadap komputerku yang besar
terus menyelesaikan pekerjaanku

Seolah genderang telingaku sudah tuli
tak menggubris panggilan Al Mutakabbir
yang lebih besar dari semua harta bendaku

Bagaimana mungkin aku berharap
menyelesaikan urusan duniaku
karena akupun sendiri tak mau menghadap-Nya?

Saat sore hari menjelang
akupun bersiap-siap meninggalkan kerjaanku
bergegas pulang
menuju Baiti Jannatiku

Karena tergesanya aku,
sajadah yang terhampar di musholapun tak kulirik

Kembali, Arasy Allah bergetar

Al Syahiid menyaksikan
ringannya langkahku meninggalkan sore
tanpa memanggil nama-Nya

Dengan mudahnya
aku masih berharap perjalanan pulangku
selamat sampai di rumah

Malampun menjelang
lantunan cinta Allah tlah kudengar

tapi dengan ringannya
aku menutup telingaku dari-Nya
dengan mudahnya
aku mencari acara tv yang lebih menarik

Ketika listrik rumahku padam
langsung kumengeluh "gelap!"

Tak sadar,
tadi aku meninggakan An Nuur

Kantuk mulai bergelanyut
di kelopak mataku

Akupun menyelimuti diriku
dan lelap di lembutnya bantalku

Terhanyut dalam buaianku
kembali mata batinku tertutup

Tak ingin melihat
Al Latiif Yang Memiliki Seluruh Kelembutan
yang aku miliki

Astagfirullaah
apa yang telah kulakukan?

Kugetarkan Arasy Allah
kusempitkan liang kuburku sendiri

Apa yang dapat kusampaikan
pada-Nya nanti?

Aku memiliki 2 mata
untuk melihat dunia
tapi
kututp mata hatiku
untuk melihat siapa pemilik dunia ini sesungguhnya

Aku memiliki 2 pendengaran yang sempurna
untuk mendengar ciptaan-Nya
tapi
kutulikan kupingku
dari mendengar panggilan Azan-Nya

Aku memiliki mulut
yang dapat berbicara dengan lancar
tapi
kubisukan mulutku
untuk melafazkan ayat-ayat suci-NYa

Aku memiliki 2 kaki dan 2 tangan
yang dapat bergerak kemanapun aku mau
tapi kuikat kaki tanganku
dari sholat

Astagfirullaah









Comments

Rofiul Hadi said…
hiks..hiks.. terharu gw baca puisinya.... "ngena" bgt, Astaghfirullah, setiap hari dosa2 gw makin bertambah... :(
Erlina Ayu said…
aduh Ya....kadang aku suka nunda2 buat shalat :(
Ririn said…
apa kabar dik?
gak hanya kamu ya...mungkin juga banyak orang di sudut dunia ini yang lupa untuk bersujud mengucapkan syukur :)
termasuk diriku :)
puisi kamu adalah wujud dari instopeksi diri...nice :)

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...