Skip to main content

I do


"How do you know how much is too much? Too much too soon. Too much information. Too much fun. Too much love, or too much to ask of someone? When is it all just too much for us to bear?"

Aku mematikan DVD Grey's Anatomyku pas setelah Meredith mengucapkan kalimat itu. Aaah, sepi benar apartemen ini. Seperti tak bertuan saja. Padahal apartemen ini berlokasi di jantung kota Jakarta, yang seharusnya riuh dengan suara lalu-lintas jalanan.

"Menikahlah denganku, Jessi."


STOP! Kenapa aku tidak berhenti mengingat peristiwa tadi siang?

-----------------------------------

Dimas sudah duduk di meja di sudut Cafe' Victoria siang itu. Dia memang begitu, selalu on time orangnya. Kebalikan dengan aku.

"Maaaaaafff yaa Dim, udah lama ya?"

"Gak lama kok, buat menunggu gadisku." Dimas bangkit dari duduknya, dan menarikkan kursi untukku. He is such a romantic.

"Iiih kamu ya, kepagian ah kalo mau ngegombal," aku tersenyum.

"Kamu mau pesen yang biasa kan hon?"

"Iya, yang biasa aja." Aku membiarkan Dimas memesankan sirloin steak kesukaanku.

Tak lama pesanan kita datang dan kita sibuk mengisi perut dalam diam.

"Dim, tumben siang-siang ngajakin aku makan di sini?"

Dimas hanya diam sambil meraih sesuatu di tasnya dan menyodorkan benda itu ke arahku.

"Menikahlah denganku, Jessi."

Hubunganku dan Dimas sudah hampir 4 tahun, dan aku memang menginginkan sebuah pernikahan dengannya. Tapi sekarang?

"Dimas..aku.."

"Please Jes, setiap tahun aku melamarmu. Setiap tahun juga kamu bilang belum siap. Tapi aku akan selalu melamarmu sampe kamu bilang iya," Dimas memandangku lekat-lekat.

"Boleh aku minta waktu untuk berpikir?"

Dimas tersenyum sambil menjawab, "Hon kamu tau kan, aku selalu memberikan waktu untuk kamu berpikir..seumur hidup."

-----------------------------------------

Aku mencintai Dimas. Aku sayang sama Dimas Haryo Dito. Dan hanya perlu satu kata "Ya" untuk membuatnya dan membuatku bahagia. Tapi tidak semudah itu. Satu kekuranganku yang membuatku belum bisa mengiyakan lamaran Dimas.

Namanya Soni, dia cinta masa laluku..6 tahun yang lalu. Tuhan maafkan aku, tapi kalau saja aku tidak sengaja bertabrakan dengannya di lift Pondok Indah sebulan yang lalu..kenangan itu tidak akan menyeruak masuk kembali.

Tuhan maafkan aku,
aku berhubungan kembali dengan Soni. Dimulai dari nostalgia jaman kuliah kita, bersambung ke acara makan malam berdua, diteruskan ke kencan-kencan berikutnya.

Soni tahu tentang Dimas..
entah kenapa kita tidak pernah membahasnya. Padahal kita tahu, hubungan ini seperti sebuah lingkaran setan. Tak berujung dan memabukkan.


-----------------------------------------

Apakah perlu melakukan sesuatu yang menyakitkan sehingga seseorang tidak ingin berhubungan dengan kita lagi?


Masalahnya,
apakah kita sanggup utk melakukan sesuatu yang menyakitkan itu?


Aku pernah melakukan hal yg menyakitkan itu, dan dia sekarang udah pergi.

Kalo ditanya apakah hidupku baik-baik saja setelah dia gak mau berhubungan lg denganku?
Aku pengen banget bilang iya..tp hidupku gak sama lg.
We have hurt each other, but back then at least we together, we stayed closed.

Sekarang kita gak lagi saling menyakitkan,
tapi kt udah pura-pura gak saling kenal lg.


Itu aku dan Soni, dulu.

Tapi gak akan kalah
oleh kenangan..

Karena aku memang beneran sayang sama Dimas
Aku gak pernah mau pergi dari dia.

Soni masala laluku
Masa depanku..

Dimas Haryo Dito.
I do...





Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...