Skip to main content

Aku..duniaku..keluarga

Dulu..
semangat banget nulis cerpen, puisi, resensi dan semacamnya
buat ditampilin di blog, dikirim ke koran, dll.

Sekarang..
rasanya semangat untuk nulis seperti itu sudah hilang.

Jadi ngiri sama temen-temen yang pas ketemu lagi
udah pada merilis buku baru, resensinya dimuat di koran, dll.

Dulu..
rasanya kepala cuman penuh sama masalah hati
(yang sebenarnya sudah jelas).

Sekarang..
kayaknya gak punya waktu lagi untuk itu.

Pengen teriak:
YOU DON'T EVEN HAVE A CLUE WHAT I FEEL INSIDE MY HEART.
YOU DON'T KNOW THAT SOMETIMES I JUST WANT TO SCREAM
AND CRY OUT LOUD WITHOUT EVEN HAVE TO HOLD MYSELF.
AND DON'T TELL ME TO BE TOUGH
BECAUSE I AM TRYING TO BE TOUGH
FROM THE VERY BEGINNING

I NEED TO BE ANGRY FOR ONCE.
I WANT TO CRY WITHOUT SOMEONE TELLING ME NOT TO.

Tau apa yang pengen banget aku teriakin:

AKU TAKUT.

Aku takut untuk gak bisa seperti dulu lagi.

AKU BENCI.

Aku benci setiap ada orang yang bilang "sabar ya, Ya.." dengan tatapan kasihan.

Kamu tahu..
setiap pagi aku bangun dan menahan nafasku sejenak
untuk menghembuskannya kembali
saat melihat mamaku masih bernafas.

Iya, aku ingin menangis sekarang.

Jadi bukan aku melupakan dunia impianku dulu,
tapi sekarang aku harus menggapai dunia impianku
yang jauh lebih penting.

Keluarga

Comments

ibaratkan setiap hari baru bikin blog
Unknown said…
ga ada yang ngelarang menangis, Mbak... ayo, semangat lagi!
Unknown said…
hugss.... Let it be... Let your tears run down... Let you scream as loud as you can... because there is only one Yaya in this world... as always... i love your writings...
Rofiul Hadi said…
Ayo Ya.. Bangkit lagi.. kamu pasti bisa.. go..go.. Yaya.. go..

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...