Skip to main content

Saya memilih...

Beberapa hari yang lalu saya sempat dilanda dilema, gara-garanya sih sebenarnya sederhana: dihadapkan pada 2 ajakan berbuka puasa bersama di hari yang sama oleh dua komunitas yang berbeda.

Kedengarannya hal yang simple yaa? Mungkin ada yang nanggepi: "Ah Yaya, gitu aja kok repot. Pilih aja yang lebih membuat kamu nyaman (Choose the one that you feel comfortable with.")." Yah, andai saja semudah itu.

Spread out your wings alias jangan mau jadi jago kandang aja, jangan terlalu lama berada dalam zona nyaman (comfort zone) kamu...

Akhirnya saya memilih mengikuti anjuran kalimat-kalimat pepatah di atas. Saya memilih berbuka puasa bersama teman-teman dari komunitas yang baru saya kenal beberapa bulan.

Apakah saya menyesal dengan pilihan saya waktu itu?

jawabnya tidak dan ya (hei, saya kan juga manusia)..

Saya tidak menyesal karena bisa bertemu dan dapat berkenalan secara langsung dengan teman-teman komunitas yang baru saya kenal beberapa bulan..

tapi di hati saya menyisakan sedikit sesal karena tidak bisa ketemu dengan sahabat-sahabat lama saya yang sudah seperti keluarga.

Lalu, kenapa saya lebih memilih orang lain dibanding keluarga saya sendiri?

Hmmm, sudah pernah baca bukunya Clara Ng yang Bridesmaid gaak? di situ Indiana ditanya kenapa dia menyanggupi untuk jadi pendamping pengantin dua temannya di hari yang sama. Saat itu Indiana menjawab:
"karena mereka adalah orang terdekatku dan memiliki arti yang sangat penting dalam hidupku."

Walaupun situasinya gak sama dengan Indiana, ini adalah jawaban jujur saya kenapa saya tidak memilih buka bersama dengan orang-orang yang sudah saya anggap keluarga itu:

Karena saya tahu mereka tidak akan marah karena saya tidak hadir.

Apakah itu pembenaran dari saya sendiri? tidak juga.

Tapi lebih karena saya tidak pernah bisa memilih antara teman saya.

Saya gak bisa diminta untuk lebih akrab ke teman yang satu dibanding yang lain tanpa keinginan saya sendiri.


Karena sama seperti Indiana, saya menganggap semua teman saya adalah bagian terpenting dalam hidup saya.

Comments

Cinde Laras said…
Yaya yang chantique, tetap setia pada hatimu. semoga tetap sukses selalu. dan Selamat Iedul Fitri 1428 H, maaf lahir dan batin yaaa....
Cinde Laras said…
aku disini,
ibunya pritha yang tinggal di sektor 3A, yg dulu sering nebeng Yaya pulang dari darunnajah.

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...