Skip to main content

Mendekatkan diri kepada sang Khalik

"Biarin yang tua dulu deh mbak.."

"Ah, saya di sini saja ya."

"Yang lain saja yang di situ."

MasyaAllah saudara-saudaraku sesama Muslimah, rapatkan safmu, mbaak. Rapatkan safmu saat sholat berjamaah po'o.

Saya cuman bisa menghela nafas, berusaha menyabarkan diri setiap kali menerima jawaban-jawaban klise di atas saat saya berusaha mengajak orang-orang untuk mengisi saf yang kosong.

Saya berusaha tidak memerdulikan pandangan saudara-saudara saya sesama muslimah yang mungkin berpikir "gue yang mau sholat, kok eloe yang repot ngatur posisi gue sholat?"

Saya berusaha tetap tersenyum dan menjelaskan dengan sabar, " ayo mbak, nanti dimasuki setan kalau safnya ada yang kosong."

Saya juga masih berusaha tersenyum biarpun dibalas dengan pandangan "emang gue pikirin!"

InsyaAllah saya masih tetap mau berjuang untuk merapatkan saf-saf saat sholat berjamaah, walaupun saya mengakui sayapun belum sempurna.

Ngomong-ngomong, siapa saya?

saya bukan aktifis mesjid..
saya juga bukan orang yang tiba-tiba jadi so' alim ngatur-ngaturin saf..

saya cuman hamba Allah
yang ingin mengajak sesama hamba Allah yang lain lebih teratur di saat menjalani perintah-Nya.

Comments

Neng Keke said…
Tetep 'cerewet' kayak gitu ya, Ya... Insya Allah ada pahalanya. Engga usah dipikirin apa yang ada di pikiran orang, lagian kan belom tentu juga :p

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu. MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah. Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling ber