Skip to main content

Saat Tuhan Menciptakan Kita Unik

Perkenalkan saya Nahria Medina tapi dari kecil biasa dipanggil Yaya. Saya lahir di Jakarta, alhamdulillaah saya adalah anak bungsu dari 4 bersaudara. Ketiga kakak saya lahir dalam keadaan normal dan sehat, kecuali saya lahir dengan kondisi jantung bawaan. Kalau bahasa medisnya Congenital Heart Disease dan dalam bahasa awam adalah kondisi jantung bocor dan tersumbat.

Jadi waktu umur 7 tahun, saya dibawa orangtua ke Selandia Baru untuk operasi jantung. Saya tahu waktu itu orangtua saya kuatir sekali karena dokter Singapur sudah mengatakan tidak ada harapan untuk saya. Alhamdulillaah dokter di Selandia Baru berkata  mereka akan mencoba 99% supaya operasinya berhasil dan 1% menyerahkan hasilnya kepada Tuhan. Saya kemudian menjalani operasi jantung itu dan Alhamdulillaah operasi berjalan lancar, bahkan sebelum pulang dokternya berpesan ke mama dan papa kalau saya tidak perlu perlakuan khusus.

Tahun berganti, Alhamdulillah saya memang dibesarkan orangtua dan diperlakukan oleh kakak-kakak layaknya orang normal. Kehidupan saya juga berjalan normal: bersekolah dari TK sampai kuliah. Bisa kerja juga cari uang sendiri dari jadi guru, penerjemah paruh waktu,  dan sekarang memutuskan menjalani bisnis MLM yang dari sinilah saya mendapatkan penghasilan bulanan saya.

Banyak anggapan kalau orang pernah dioperasi jantung berarti dia tidak bisa melakukan olahraga yang butuh stamina lebih. Alhamdulillaah Tuhan memberi saya kesempatan untuk mematahkan anggapan itu, karena tepat setahun lalu saya memulai hobi lari saya yang menghasilkan 8 medali penamat lomba lari 5K dan 3 medali 10K.

Saya mungkin dilahirkan dengan kondisi jantung tidak sempurna dan fisik yang tidak sama dengan orang normal lainnya, tetapi saya belajar dari almarhumah mama untuk berani bilang "saya cantik" dan membuktikan kalau saya bisa berkarya seperti orang lain.



Pasti ada saat dimana kita bertanya ke Tuhan kenapa saya dilahirkan berbeda. Percayalah, Tuhan tidak akan menciptakan umatnya dalam bentuk apapun tanpa ada tujuannya. Pada waktunya, kita akan tahu kenapa kita dilahirkan seperti sekarang ini.

Comments

Dewi Rieka said…
Yayaa, u rocks, girl! Aku yakin dirimu menang say, menginspirasi banget :*
yaya said…
makasih mba Dewi...
kiss2 :)

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...