Skip to main content

Menyambut Fajar Di Madinah, Menjemput Malam Di Mekah

Setelah beberapa pertimbangan akhirnya Yaya mau cerita-cerita lagi di sini. Hehe, mau nulis aja pakai pertimbangan segala. Eh iya donk, perlu. Karena apapun yang kita ucap dan tuliskan nantinya perlu dipertanggung jawabkan kan? :)

Akhirnya setelah drama di akhir tahun, Alhamdulillaah 24 Januari kemarin Yaya bisa berangkat umroh juga. Sepertinya kepergian kemarin itu special banget, karena jujur kemarin itu benar-benar miracle banget akhirnya bisa pergi.

Anyway, ga usah membahas prosesnyalah yah. Panjang soalnya :))

Pernah dengar ungkapan:
"what you get might not be what you wish for (apa yang kamu dapatkan, bisa jadi bukan yang kamu harapkan?)"
Benar banget menurutku:

Waktu itu udah bikin rencana indah banget bisa pergi sama kak Daeng dan ponakanku. Udah kebayang bisa sholat bareng, jalan-jalan bareng. Wuaah indah deh pokoknya.

Tapi...
jeng jeeeng, ternyata rencana indah bubar jalan saat ada adegan Yaya ga bisa berangkat di hari H. Emang ya rencana Allah itu the BEST deh.

Alhamdulillaah bisa berangkat juga, dan tau gak...

ternyata yang Yaya dapatkan melebihi ekspektasi.

Pertama,
dari dulu selalu ngarep nginep di hotel Fayroz di kota Madinah. Alasannya penting banget: deket sama jual makanan kesukaanku :))


Mari Jajan :-)

Tau gak, ternyata hotelnya pas banget seberang hotel Fayroz. Tinggal ngesot deh tuh kalau mau jajan.

Kedua, rasanya dimudahkan banget disana bisa berlama-lama di Masjid Nabawi dan selalu dapat tempat di dalam mesjid. Alhamdulillaah..


Amiin..


Kota Madinah selalu jadi kota favorit Yaya deh. Kotanya nyaman, damai, nenangin. Di sana ga takut mau keluar jam berapapun, bahkan jam 9 malam saat Yaya kelaparan nyari cemilan grilled chicken :p

Ketiga, pas nyampai di Mekah. Wow sekali rasanya. Apalagi pas nyampai hotel, karena hotelnya nih letaknya agak masuk ke dalam komplek ya dan jalan menuju hotel menanjak banget..jadi, butuh kesabaran dan napas yang panjang buat mendaki, Sebagai gambaran sebagaimana capeknya nanjak ke hotel..yaa kira-kira butuh minum 5 gelas tiap nyampe hotel :D

Kemarin kita melakukan ritual umroh pertama hampir tengah malam. Bersamaan dengan mau umroh itu, pas lutut Yaya mati rasa/ kebas dan sakit buat nekuk karena Madinah yang dingin sekali.

Alhamdulillaah, umrohnya ditemani sama Mba Ulfa (pembimbing umrohku) dan Dohmi (yess, ketemu lagi sama satu Mutthawifku pas haji dulu). Jujur, pas ngeliat ada Dohmi rada tenang. Gak tau yah, senang aja ngeliat orang yang udah dikenal :)

The Great Multazam

1 kata untuk Mekah: WOW banget. Ditambah Masjidil Haram yang lagi perluasan, perlu keberanian, tekad kuat, nekat kalau mau sholat depan Ka'bah langsung. PLUS pasrah, karena kalau mau keluar mesjid ya pasti harus tenang apalagi kalau udah ramai.

Kalau dulu cuman bisa mengandalkan pintu 1, sekarang masuknya lewat pintu 89. Itupuun, bisa masuk lewat pintu 89, keluar-keluar tau-tau pintu 70 :))

Maaf, bukan mau nakut-nakuti :)

Aah walau nyasar terus, kota Mekah dan Madinah selalu bikin kangen mah dan ga akan pernah bosan kesana lagi. Amiin..

Comments

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...