Skip to main content

Kind s reflection

Hari ini seperti biasa tiap pagi disaat masih sepi, kaki tetap melangkah buat ngegym. Sengaja ngegym pagi karena buat gue ngegym itu saat kita ngobrol sama diri sendiri..buat mikir, pokoknya while gymming I want to talk with myself. Because sometimes, talking to people is very tiring.

Abis gym..
Kayak biasa langsung menuju kursi favorit, di kolam renang sambil makan nasi goreng.

Because the weather is just too nice to stay inside

Trus mendadak..
Jadi mellow.

Inget dua tahun yang lalu masih berjuang keluar masuk rumah sakit - bolak balik pingsan - ga kuat jalan - saking ga kuatnya sampai pakai kursi dorong - keluar masuk ruang operasi - kena jarum suntik di seluruh badan..

Ya Allah..
That's a lot to handle


Makan nasi goreng pagi ini sambil netesin air mata...

Inget sama janji Allah: kalau kamu bersyukur, Aku kasih lebih


Kemudian tersadar...

Itu jalannya dari Allah sebelum ngabulin impian kecilnya gue:

Disaat masih tinggal di rumah kontrakan satu kamar dulu..

Disaat pindah ke rumah yang lebih besar Alhamdulillaah..

Disaat harus tinggal serumah dengan kakak..

Disaat udah lupa sama impian masa kecil yaya dulu...

Tapi Allah INGAT...

Impian tinggal di apartemen.

I don't care kalau dulu pernah tinggalnya di apartemen yang studio.

I loved IT. Secinta itu gue tinggal di apartemen.

This is one of the biggest bonus Allah has given me, setelah haji...

Mungkin hidup kadang terasa berat..
tapi cobalah untuk stay ikhlas.

Apapun itu...
Terima aja.

Whatever situation you're ini..
Whoever you fall in love with...
Wherever you need to go..


Learn to embrace the moment..
Because life is short...


Hei, bahkan dokter dulu bilang ke almarhumah mama saat gue lahir: kalau anak ibu usianya ga akan lebih dari 17 tahun.

    Comments

    Popular posts from this blog

    Nila di Belanga susu

    S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

    Menuju: pulang

    "Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

    Knowing "there"

    Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...