Skip to main content

Posts

Showing posts from December, 2005

To my every source of my every feelings in 2005

To my every source of my every feelings in 2005 I say thank you.. Thank you for making my 2005 more colorful Thank you for all my laughters, my cryings, my happiness Thank you for all the unforgetable moments Thank you for all the sharings we used to have Thank you for here..in my life As 2006 reaching, maybe you won't be here anymore still..thank you

Satu kasih buat mama

Dear mama.. aku yang tampak masih gadis kecilmu dulu, selalu merupakan sumber kekhawatiranmu terbesar. Pemikiranku yang tak selalu sejalan denganmu, kerap membuatmu menangis. Tindakanku yang mungkin di hatimu salah, membuat kita kerap bersikeras pada mau kita masing-masing. Mama sayang.. semburat sinar mentari telah nampak di timur. Seperti pagi-pagi sebelumnya selama 26 tahun, setiap pagi tak lupa kubisikkan syukur engkau masih hadir di hidupku Juga di hari ini.. saat Allah masih menerbitkan surya di ufuk timur, dan mataku masih melihatmu hadir dalam hidupku..semua kalimatku tak dapat menggambarkan rasa syukurku. Dear mama.. selamat ulang tahun yaa ma. Semoga Allah SWT tetap memberikan kita semua umur panjang untuk selalu berada di jalan-Nya. Mama sayang.. jangan suka marah ya ma, Yaya kan udah besar dan tahu apa yang terbaik untuk aku. Yaya

Selamat, kamu berhasil membunuh orang tersebut.

Kalau ingin membunuh orang yang tidak kamu sukai, tidak perlu pakai pisau yang tajam, keris atau bahkan senjata api. Cukup hadiahkan orang itu dengan kata-kata yang tajam dan menyakitkan. Selamat, kamu berhasil membunuh orang tersebut. Beberapa hari belakangan ini, aku begitu merasakan kebenaran kalimat di atas. Tadinya, aku berusaha menghiraukan omongan-omongan orang yang kukira hanya ingin menjatuhkan mentalku saja. Yaah hitung-hitung ujian mental, pikirku. Kemudian kujuga berusaha untuk menanggapinya dengan kepala dingin. Kan, kata orang bijak..air susu jangan dibalas dengan air tuba. Tidak usahlah kita ikut-ikutan menebar emosi kita di atas emosi orang lain. Teriakan jangan dibalas dengan teriakan pula. Gak tau ya, mungkin aku menganut paham "biarlah orang berkata tidak benar tentang aku, toh InsyaAllah keluargaku dan orang-orang terdekatku lebih tahu tentang aku yang sebenarnya.." Walaupun paham itu terkadang membawaku ke dilema, harus menghadapi segalan omongan yang tid

Mulai hari ini, kita jalan sendiri-sendiri

Mulai hari ini, kita jalan sendiri-sendiri. Hidupmu dan aku biar pisah sampai di sini. Maaf, waktu untuk mencintaimu telah usai. Aku telah berusaha menempati satu ruang di hatimu. Dan kali ini aku setuju denganmu. Kau..memang tak pantas untukku. Kau berubah. Bukan, mungkin aku yang berubah. Waktu telah merubah aku, seperti yang kau bilang..semuanya tak sama lagi. Maaf, aku menghabiskan waktumu, waktuku dan waktu kita..menganggap apa yang ada itu berharga. Menghabiskan waktu kita menyamakan kita kembali. Nyatanya, semuanya hanyalah bungkusan kepura-puraan. Aku sudah lelah. Bukan, bukan aku menyerah dengan cinta aku. Kuhanya memberi jalan untuk sebuah kepastian..terutama untukku. Sekarang waktuku..meyakini diriku..tak ada yang salah di aku. Aku dulu hanya terlalu buta untuk melihat kenyataan ini. Bila kau bertemuku lagi, lepaskan kepura-puraanmu. Aku benci. Mulai hari ini, kita jalan sendiri-sendiri..

Beli "nyaman" satu

"Berapa harga sebuah kenyamanan?" Saya pernah nonton sebuah film, dan di situ ada satu scene yang menggambarkan seorang laki-laki dan seorang wanita duduk di sebuah taman. Wanita itu berkata, "this is comfortable (ini nyaman)." Di tengah hiruk-pikuknya dunia sekarang ini, apalagi ditambah dengan tombol fast yang sepertinya selalu ada di diri kita masing-masing, selalu membuat kita in a rush..apakah kita masih bisa nyaman? Apakah orang yang bekerja, misalnya, pergi ke kantor dengan baju yang rapih kadang mahal, pulang kantor bisa hang out sama teman kerjanya, ditambah dengan gajinya jutaan rupiah..mereka nyaman? Saya tidak tahu pasti tentang hal itu. Bagi saya, perasaan nyaman itu mahal harganya. Saya mengidentifikasikan nyaman dengan kemampuan saya sendiri untuk menjadi diri sendiri. Jadi ingat, beberapa bulan lalu saya berkumpul dengan teman-teman baru saya yang yaaah boleh dibilang tidak pernah ketemu sebelumnya. Saya merasa (jujur) kurang nyaman, entahlah..apa ka

Manusia tak terjangkau

Telah lama ia menghilang. Ya, saat tetesan tintaku telah mengering untuk menceritakannya lagi. Dulu mungkin itu yang terbaik kulakukan. Melupakannya. Melupakan Manusia tak terjangkauku. Apa yang bisa kuceritakan tentangnya? Dia menyadarkanku untuk melihat langit. Mataku dulu hanya melihat langit..ya sekedar langit biru. Kini kulihat langit dengan hati. Semburat merah darah pernah bercipratan, menyilaukan mataku. Kemudian aku begitu terpukaunya dengan oranye yang begitu indah. Membuatku tersenyum, menyaksikan langit yang sedang bersolek. Dulu langit..hanya langit bagiku. Kini, kuanggap di langit dia ada.. Dia masih ada Di dalam hatiku, tak pernah pergi Dia hanyalah manusia tak terjangkauku..

Rumah..di mana hatiku berada

Buat aku pribadi, rumah adalah tempat di mana aku bisa selalu pulang apapun yang terjadi, kapanpun aku mau dan darimanapun aku pergi. Rumah juga adalah tempat di mana seorang Yaya bisa tetap menjadi seorang Yaya, tanpa perlu mengenal kata sungkan. Rumah aku di Jalan Cilosari I/ 29. Rumah aku di mana ada mama, papa, Kak Daeng, Mas Imran, Kak Nadia, Mas Saiful, Mbak Nanis, Mas Ferri, Hayyu, I'i, Walid, Isya dan Ayya. Rumahku di manapun keluargaku ada. Dulu..itu satu-satunya rumah yang aku tahu. Setahun yang lalu, tepat pada 24 September 2004 aku mengenal rumah keduaku. Berawal dari sebuah kecintaan pada dunia tulis-menulis yang kutuangkan di sebuah rumah mayaku sendiri. Setelah sekian lama menuliskan apa yang hendak kukatakan, akupun memberanikan diri mengunjungi rumah maya orang lain. Dari satu orang, dua orang, sampai akhirnya saking banyaknya aku bertandang ke rumah maya orang lain..aku jadi lupa sendiri siapa ya sebenarnya akhirnya yang memperkenalkan rumah keduaku? Tapi itu tida