Skip to main content

Posts

Showing posts from April, 2006

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Surat untuk saudaraku

Buat saudaraku, apakah kamu sadar.. bila kemarahan itu layaknya api berkobar yang menjalar cepat. Menelan habis sekelilingnya? dan apa yang termusnahkan oleh sang jago merah tak akan dapat kembali utuh? Mungkin dapat kembali, tapi akan menyisakan luka (yang sulit untuk disembuhkan). Bahkan dengan kata maaf sekalipun? Buat saudaraku, apakah kamu telah bercermin... sebelum meluapkan ketidaksetujuanmu, kejengkelanmu ataupun kerisauanmu dalam emosi yang meluap tinggi? Saudaraku.. kamu tahu tidak, menyakiti hati seorang saja saudaramu yang lain artinya sama dengan memakan dan meminum daging dan darah saudaramu sendiri? kita telah sama-sama dewasa. Sebagai seorang dewasa, bukankah lebih baik kita menyampaikan apa yang tidak menyenangkan hatimu dengan lebih bijaksana, tanpa harus memakai cara yang kasar dan akhirnya menyakitkan sesamamu? Untuk saudara tersayang.. doa orang yang terluka akan lebih cepat sampainya di hadapan Tuhan. Aku yakin, Tuhanpun akan membalas doa seorang terluka dengan ca

Kamu..aku..dan senja...

Kemarin, ucapannya menghentak jiwaku. Bait demi bait dalam katanya menggiringku semakin mendekati kepastian. Kamu..aku..dan senja... Kita tak pernah akan bertemu. Ada ketakutan yang memelukku jikala ada sua kita. Bahkan di kala aku jujur, realitapun tak dapat kau hadapi. Aku benci mengatakannya, tapi kau seorang pengecut! Kau tak dapat mengucapkan secara langsung. Apakah begitu sulit untuk mengucapkan kata-kata itu? Masih jelas dalam sel-sel otakku ucapanmu yang terakhir. Terakhir kita berjalan di tapak yang sama, dengan tujuan yang searah. Katamu, "yang telah lewat, ya..lewat." Aku benci mengakuinya, tapi..kamu benar. Kamu..aku..dan senja... Waktu itu senja mempertemukan kita. Tepat sebulan setelah April 1 tahun yang lalu. Biarlah.. Kau telah memberiku izin untuk menikmati senja sendiri. Aku dan senja, tanpa kamu. Senja memamerkan keindahannya, semburat merahnya menutupi titik air di pelupuk mataku. Seakan mengerti.. Yang tak terucap, telah teru

Reformasi Kita

Reformasi.. apa itu? Perbaikan? Perubahan? Pergantian? Apanya yang baik? Di mana yang berubah? Kapan gantinya? Ya, presidennya telah berganti lebih dari tiga kali seingatku... Buatku tak penting mengingat nama mereka yang terpilih Buatku itu hanyalah sebuah fase yang merupakan kewajiban semata sekedar memenuhi hitam di atas putih Beliau-beliau diminta bersumpah Foto-foto mereka Dicetak diperbesar dipigura tersebar di seluruh kantor dan sekolah Dipajang... Apanya yang tereformasi? Katanya (entah kata siapa) anak-anak Indonesia sudah dapat belajar dengan tenang tidak perlu lagi berkeliaran di jalan untuk mencari sesuap dua suap nasi Yaaah, mereka memang tak lagi mencari nasi dengan peluh keringat Ngapain berpeluh-peluh? Mereka sudah tereformasi dari sekedar berjualan kini mereka menjual yang lain.. MELACURKAN DIRI Selamat untuk para tokoh negeri kita Kalian layak berbangga hati Karena anak-anak yang Engkau sebut "penerus bangsa" kini telah menjatuhkan diri mereka terperosok dal

Tentang Bin dari Yaz untuk Na

Na, Bin sudah tidak ada. Kenapa aku tak melihat saat ia meninggalkan rumah ini? Setiap sudut di rumah ini mengingatkanku pada Bin. Ruang-ruang terasa kosong dan sepi tanpa sapanya lagi. Adanya yang mengisi relung-relung batinku yang dulu membuatku lebih hidup, kini redup dimakan sepi. Na, embun pagi terasa lebih dingin tanpa ada Bin, yang setiap hari menghangatkan kalbu hatiku. Kapan Bin pergi? kenapa dia berubah, Na? Aku tidak. Aku tidak berubah, walau Bin tidak memerlukan aku lagi di sisinya. Aku tetap Yaz yang sama. Yaz yang menunggu Bin kembali lagi, biarpun beberapa hal tidak mungkin lagi sama. Na, aku berharap dapat tahu bagaimana berhenti memikirkan Bin. Kau tahu Na, tepian senja terasa lengang hari ini. Kau boleh berucap aku berhalusinasi, tapi tadi aku melihat semburat senyum Bin saat mentari terbenam. Apakah itu suatu pertanda? Na, kau tahu..aku telah kehilangan Bin. Aku tahu itu saat Bin berhenti menyapaku lagi. Saat Bin tidak melihat ke arahku lag