Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2007

Kereta Sekar Senja

Perempuan dengan rambut sebahu menaiki tangga kereta senja sore itu. Syalnya yang berwarna biru melambai-lambai menyelimuti lehernya yang jenjang. Tak banyak bawaan yang ia bawa, hanya 1 buah koper kecil hitam. Sekar, nama perempuan itu, kini memasuki sebuah gerbong di sudut kereta. Begitu ia masuk, ia langsung mengunci pintu gerbongnya dan tak lupa ia tutup tirainya sehingga tak satupun orang yang dapat melihat ke dalam. Ia mengeluarkan sebuah pigura dari dalam kopernya. Bila ada yang melihat wajah Sekar sekarang, akan sulit mereka menebak makna rautan wajahnya. Sekar tersenyum... "Tak lama lagi." Malam mulai menggayuti bumi dan keretapun masih melaju.Ketika jarum jam berdetak pada angka 10, pintu gerbong di sudut kereta itu diketuk 3 kal (tok..tok..tok), seakan mengerti dengan kode yang telah disepakati maka pintupun terbuka. Dan si pengetok pintupun masuk ke dalam. Kembali, gerbong di sudut kereta itu senyap. “Aku telah datang sesuai janjiku," lelaki berkata. "Iy

Astagfirullaah

Saat Allah memanggilku untuk mensyukuri pagi hari-Nya Aku masih terbuai di bawah sejuknya pendingin ruangan di kamarku Melewatkan panggilan Al Waduud pemilik segala kesejukan melebihi dinginnya kamarku Bagaimana bisa aku berharap akan mengawali pagiku dengan tenang, tanpa persoalan duniawi? Saat Allah memintaku beristirahat sejenak di siang hari untuk melepas lelah dan bercengkrama dengan-Nya Aku memilih berkutat di mejaku duduk menghadap komputerku yang besar terus menyelesaikan pekerjaanku Seolah genderang telingaku sudah tuli tak menggubris panggilan Al Mutakabbir yang lebih besar dari semua harta bendaku Bagaimana mungkin aku berharap menyelesaikan urusan duniaku karena akupun sendiri tak mau menghadap-Nya? Saat sore hari menjelang akupun bersiap-siap meninggalkan kerjaanku bergegas pulang menuju Baiti Jannatiku Karena tergesanya aku, sajadah yang terhampar di musholapun tak kulirik Kembali, Arasy Allah bergetar Al Syahiid menyaksikan ringannya langkahku meninggalkan sore tanpa mem

Pada sebuah penantian

Senja di perempatan jalanku sudah tak terlihat Menandakan waktu untuk mencintaimu telah pudar Bersamaan dengan hujan yang tlah selesai mencurahkan tirainya, usiakupun sampai di titik lelah menghiburku yang menginginkan hadirku pada hatimu Pada pukul 01.34 setelah hati lelah berbicara tentang "sebuah penantian"