Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2005

Menjadi Jilbaber

Menjadi seorang jilbaber. Hidayah datangnya dari Allah, yang disampaikan lewat kakak perempuanku, Kak Nadia . Waktu itu kakak dikirim oleh kantornya untuk pergi Umroh dan ketika pulang dari Umroh, Yaya kaget banget...melihat Kak Nadia telah berjilbab dan merubah gaya berbusananya. Subhanallaah. Kakakku yang tadinya begitu "so into the fashion" dalam berpakaian, sekarang sudah berubah. Tadinya aku sempet protes juga, kenapa harus pakai jilbab.Tapi...jawaban yang aku mengerti baru aku dapat lama setelah itu. 5 tahun yang lalu, di Mesjid Bintaro Sektor 9 Bismillaahirrahmaanirraahiim.. Untuk pertama kalinya aku menutup kepalaku (InsyaAllah) sampai akhir hayatku. Jawaban itu... kata kakakku, sewaktu di Mekah dia pernah bertanya kepada seorang Kyai, "apa yang akan terjadi di hari akhir nanti bila seseorang berjilbab?" Jawabnya.. "Bukan panasnya api neraka yang membuat seseorang takut tidak berjilbab, tapi indahnya Surga yang dijanjikan Allah.." Ya Allah sekarang

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu. MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah. Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling ber

Nan

Entah! Tergerakkan apa aku bukan aku malam ini hendak mengulang tahun-tahun yang lampau menghadirkan dia sekali lagi Cerita sama di tahun yang beda Nan di sini lagi

Hari Akhir

Sudahkah kita siap membiarkan tubuh kita dibungkus dalam sehelai kain kafan putih? Sudahkah kita siap untuk beristirahat selamanya di dalam tanah? Sudahkah kita siap untuk sendiri menghadapi Sang Khalik? Apapun jawabnya, kita tidak akan pernah siap. Kematian pasti akan datang. Tidak peduli siapapun kita. Apa kita berani menyodorkan gelar kita depan Allah? Atau kita sogok Allah dengan uang kita di bank? Allah SWT tidak peduli semua itu. Manusia.. SHOLAT berbuat baiklah hidup di jalan Allah Karena itu semua akan kita, termasuk aku, bawa menghadap Ilahi. Aku tidak sempurna, hanya mencoba untuk mendapat tempat terdepan di surga yang Allah janjikan.

Semalam

Mari kubisiki tentang semalam Setelah kegilaan reda Setelah denting jam tiba pada angka 12 Setelah akhirnya aku luruh dalam dirimu Semalam begitu indah

Labuhan lain

O nce I questioned w hy we've never had a same heart M aybe.. W e're just two people walking in the same direction S etelah aku berhenti mencari kemungkinan dan mengiringi hatiku untuk mengerti meski dalam keraguan lain ..saatnya kucari labuhan berikutnya

Rencana Allah

Akan datang hari mulut dikunci... S epenggal lagu di atas selalu membuat saya merenung panjang. Mungkin sudah saatnya kita mengkaji ulang semua perbuatan dan perkataan kita di bumi Allah ini. Apalagi di Bulan Yang Penuh Berkah sekarang ini. Seharusnya emang tidak saja hanya di bulan Ramadhan sich, kita berintrospeksi diri, di bulan-bulan lainnyapun bisa saja. Mumpung masih dikasih nyawa dan dipinjami nafas sama Allah, kenapa tidak dipakai buat ngomong yang baik-baik dan melakukan hal-hal yang positif? Bukannya mau ngajarin lho, lah wong saya sendiri belum sempurna-sempurna amat. "Something happens for a reason..." Contoh hidup ya keluarga Yaya. Tahun 1994 kita (keluarga) harus pindah dengan cara yang..yah bisa dibilang kurang ngenakinlah, ke Jakarta. Back then, aku sempet protes' sama Allah. Sempat mempertanyakan Allah. Kenapa harus pindah? Kenapa papa gak kerja lagi? Kenapa rumah kita yang tadinya besar di Batam, waktu di Jakarta cuman sebuah rumah kontrakan? Kenapa aku

Ctrl Delete

Salah. Hapus. Tekan tombol "Ctrl Delete". Sore ini, tumben, susah sekali aku merangkai kata untuk dituangkan menjadi sebuah tulisan. Gagal nyari kalimat yang bagus untuk mulai nulis, aku mulai berangan-angan. Enak ya...kalau hidup ada tombol Ctrl Del-nya. Begitu ada yang salah dalam hidupku, tekan saja tombol sakti itu. Beres. Begitu dihapus, tidak ada bekasnya lagi. Bisa mulai dari awal kembali. Gak akan ada yang tau kesalahan aku sebelumnya. Hidupku akan sempurna sekali.... Apa iya? Iya dong. Gak ada marah-marah, gak ada nangis-nangisan, gak ada dendam-dendaman, dan gak akan ada yang gak enak lainnya. Benarkah? Sebenarnya sih.. kalau ada tombol Ctrl Del dalam hidup, kita tidak akan pernah maju dalam hidup, tidak akan pernah bisa belajar dari kesalahan kita sendiri. Dan yang pastinya..kita akan selalu mengambil "jalan yang termudah." Istilahnya, ngapain harus macet-macetan kalau bisa lewat jalan tol? Aku yakin bukan itu maksud Allah meniupkan ruh untuk Adam dan Haw

Kekuatan DOA

Pernah merasakan kekuatan sebuah DOA? Malam ini aku merasakan doaku begitu didengar oleh Sang Khalik. Saat aku bersamanya. Mungkin.. dia dan aku tidak akan menjadi kita Mungkin.. dia dan aku begitu dekatnya untuk menjadi kita Mungkin..dia dan aku hanya akan tetap menjadi dia..dan..aku Aku tidak tahu Yang aku tahu.. malam ini dia hadir saat aku merasakan sepi Yang aku tahu malam ini aku tetap dapat menjadi aku seutuhnya Yang aku tahu.. malam ini aku bahagia

"Akhir Perjalanan"

Dua bulan yang lalu kesedihan sepertinya lebih tebal menyelimutiku dibanding kegembiraan Seolah dunia berubah warna kelabu Sebulan yang lalu segala macam bentuk penyangkalan diri mulai terucap membenarkan semua tindakanku yang salah... menyalahkan semua yang menyakitkanku Seminggu yang lalu kemarahanku mengalahkan segalanya Aku begitu pekat Kututupi diriku dari dunia luar Bahkan...kututup mata hatiku sendiri. Astagfirrullaah... "Aku terombang-ambing dengan perasaanku sendiri." Layaknya kapal yang kehilangan arah aku akhirnya menepi Membiarkan Ilahi menuntun jalan dan hatiku

Terbiaskan...jauh

Suatu renungan panjang meningalkan kesenyapan. Sel-sel kelabu pikiranku telah tertutupi oleh derasnya peristiwa, orang-orang yang keluar masuk kehidupanku. Setiap dera yang tertinggal, gelak yang terdengar dan derai air yang mengalir dari pelupuk mata ini begitu terasa, seperti baru kemarin. Masih terasa. Suatu perkataan yang menghentak nafas jiwaku terucap, "Aku terlalu 'tampak'...". Suatu ironi. Pada saat ingin kumelebur dengan kebisingan sekitar, aku ternilai adalah sebuah personifikasi orang lain. Akupun terbiaskan. Jauh... Lelah. Semua Lakuku dilihat, dinilai. Kejujuran semakin semu. Bahkan aku, apakah aku lagi memakai sebuah topeng bernama tegar? Sebagian orang akan mencoba meluruhkan asaku. Hanya aku dan Ilahi yang dapat mempertahankannya. Telah kuletakkan penaku. Tidak maaf. Bukan sesal. Hanya, ini mauku....