"Kenapa?"
"Aku tidak bisa baca rumah mayanya," aku mengeluh dengan sahabatku.
Sahabatku tak berkomentar apa-apa lagi, tapi pandangannya yang sedemikian rupa cukup membuatku ingin bertanya, "kenapa melihatku seperti itu?"
"Ternyata kamu masih ya."
"Maksudnya?"
"Iya, kamu masih terobsesi dengannya."
Aku marah! "Siapa bilang aku terobsesi??" sifat temperamenku mulai memuncak.
"Benar kan? Apa coba namanya kalau bukan TEROBSESI kalau tidak mampir di rumah mayanya setiap sejam sekali?"
Aku mencoba berdalih, "aku hanya..."
Temanku memotong, "Iya, kamu hanya TEROBSESI."
"Aku hanya sayang sama dia."
"Kamu tahu, bukti sayang terbesar yang bisa kamu tunjukkan adalah dengan mencoba melepaskannya menjalani hidupnya sendiri, tanpa harus ada kamu dalam hidupnya." Temanku mencoba meluruskan kembali pemikiranku.
Cukup dengan satu kalimat temanku itu, membuatku terjaga.
"Aku tidak bisa baca rumah mayanya," aku mengeluh dengan sahabatku.
Sahabatku tak berkomentar apa-apa lagi, tapi pandangannya yang sedemikian rupa cukup membuatku ingin bertanya, "kenapa melihatku seperti itu?"
"Ternyata kamu masih ya."
"Maksudnya?"
"Iya, kamu masih terobsesi dengannya."
Aku marah! "Siapa bilang aku terobsesi??" sifat temperamenku mulai memuncak.
"Benar kan? Apa coba namanya kalau bukan TEROBSESI kalau tidak mampir di rumah mayanya setiap sejam sekali?"
Aku mencoba berdalih, "aku hanya..."
Temanku memotong, "Iya, kamu hanya TEROBSESI."
"Aku hanya sayang sama dia."
"Kamu tahu, bukti sayang terbesar yang bisa kamu tunjukkan adalah dengan mencoba melepaskannya menjalani hidupnya sendiri, tanpa harus ada kamu dalam hidupnya." Temanku mencoba meluruskan kembali pemikiranku.
Cukup dengan satu kalimat temanku itu, membuatku terjaga.
Sadar selama ini aku terlalu banyak, terlalu sering mencoba memaksakanku diriku masuk dalam lingkungannya.
Ini membuatku ngeri, menyaksikan diriku sendiri menjadi orang yang sakit.
Aku tidak mau lagi seperti ini.
Aku akan keluar dari hidupnya, lingkungannya, dan aku tidak akan membuka rumah mayanya lagi.
Hah! Sekarang rasanya lucu, aku tidak merasakan keinginan untuk melihatnya lagi.
Aku maju...
Hah! Sekarang rasanya lucu, aku tidak merasakan keinginan untuk melihatnya lagi.
Aku maju...
Comments
Close every window... that may remind you of him. With time, you will be free. Just don't look back and continue knocking on his closed door.
I wish u luck to get the best man of your heart.Jgn pernah terpaku pada pintu kebahagian yg tlah tertutup, padahal masih banyak pintu bahagia lain yg terbuka utk kita.
Wassalam.
hoohohoo.....kidding ya'
expresive banget nihhh.....gw suka!