Skip to main content

Menjadi Jilbaber

Menjadi seorang jilbaber.
Hidayah datangnya dari Allah, yang disampaikan lewat kakak perempuanku, Kak Nadia. Waktu itu kakak dikirim oleh kantornya untuk pergi Umroh dan ketika pulang dari Umroh, Yaya kaget banget...melihat Kak Nadia telah berjilbab dan merubah gaya berbusananya.

Subhanallaah.
Kakakku yang tadinya begitu "so into the fashion" dalam berpakaian, sekarang sudah berubah. Tadinya aku sempet protes juga, kenapa harus pakai jilbab.Tapi...jawaban yang aku mengerti baru aku dapat lama setelah itu.

5 tahun yang lalu, di Mesjid Bintaro Sektor 9


Bismillaahirrahmaanirraahiim..
Untuk pertama kalinya aku menutup kepalaku (InsyaAllah) sampai akhir hayatku.

Jawaban itu...
kata kakakku, sewaktu di Mekah dia pernah bertanya kepada seorang Kyai, "apa yang akan terjadi di hari akhir nanti bila seseorang berjilbab?"

Jawabnya..
"Bukan panasnya api neraka yang membuat seseorang takut tidak berjilbab, tapi indahnya Surga yang dijanjikan Allah.."

Ya Allah
sekarangpun, aku sudah merasakan nikmatnya berjilbab. Apalagi setelah kakak perempuanku yang lain dan mamaku ikut juga berjilbab.

Rasanya nikmat sekali..
saat berjalan bersama dengan keluargaku yang sama-sama jilbaber.

Lucunya..
setiap bertemu dengan teman baru, mereka pasti berkomentar "gak nyangka kamu ternyata berjilbab yaa.."

Comments

Lost said…
kpn yah aku pake jilbab lagi, sekarang tinggal disini jd takut pake, padahal dari tk sampe smp pake jilbab terus... :(
anastasianani said…
mungkin itu yg disebut panggilan
biruwarna said…
iya... memang indahnya syurga yang dijanjikan Allah.
Anonymous said…
de pake jilbab tgn 96
insya allah sampai akhir hayat

de pake krn diprotes mami yang waktu itu baru masuk islam. katanya de harus memberi contoh ke dia. karena de lebih dulu menjdi muslim

smoga kita tetap istiqomah ya
Idasyah said…
Ya Insyah Allah itu memang panggilan.... & bisa terus kita kenakan sampai akhir hayat.... amin :)

Niwei, aku pake baru dari Sept. 2004
Fitri said…
doain aja ya hidayah yang pernah didapat yaya mampir juga kesini:)
Mr. Djanggut said…
bertambah lagi 2 Aisyah di muka bumi ini,
amin.. kapan ya adikku mau terus pake jilbab.

salam kenal buat yaya
danty said…
Yaya kangen juga nih bentar lagi udah mau balik kesana kopdar-an yuk, Alhamdulillah udah pake jilbab sekitar 4 bulan yang lalu pas melahirkan anak ke-2, mudah2han bisa istiqomah seperti yaya sampe akhir hayat gitu.
nl said…
alhamdulillah..
Yunus Idol said…
jilbab...
mungkin gue lebih suka dengan istilah 'menutup aurat'. Gue menyayangkan banyaknya jilbaber yang masih belum berjilbab hatinya... moga2 elo sih udah luar dalem yah...
Selamat hari Raya..

Taqabalallahu minna wa minkum. taqabbal ya karim.

Mohon maaf lahir dan batin..
soeltra said…
slamlikum...yaya,met lebaran yagh :) taqabbalallahu minna wa minkum.wahh..brt bdn naek nich..btw alhamdulillah ampe skrng gw jg still using my lovely veil.aman,nyaman, n...gw bangedd!meski br 3 setengah thn n bnyk pngalaman lucunya,coz bnyk yg gak pcaya.kan gw gak doyan pake rok gitu loh..ada dua hal yg gak bs dirubah: pake ransel n talkative.hehehe...
nitchy said…
amiinn.. moga ttp istiqomah.. aku juga, dr tk mpe skrg.. ^__^ moga kita g cmn jilbabin kepala, tp jg jilbabin hati..
Emak Gaul said…
Aku memang bukan muslim, tapiaku setuju soal jilbab ini yah...apalagi klo hati-nya juga udah 'berjilbab' lebih nikmat juga org yg ngeliatnya. Semoga Mba yaya juga demikian yah :-)

mohon maaf lahir bathin, selamat lebaran :-)

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

My 2 cents

It started a couple of months ago, when I wanted to get rid of several books I own by having a book giveaway in my blog. Unlucky me, the moment is also coincided with an event held by an institution who collected books for donations. Then, I mus say this...unfortunately, some people started to question me.. "why didn't I donate them?" "you know, there are others who can't afford to buy book, etc..etc.." Ok, honestly... I was annoyed . Wasn't it enough that I said "this time I wanna give the books away with MY way? Oh please, don't use the this-is-Ramadhan,-so-it's-a-great-way-to-do-nice-things-for-others-excuse . Not to be defensive or anything, if I want to do great things I don't have to let the whole wide world know, don't I? and don't you agree there are still other nice ways to do the so called great things? Just my 2 cents..