Skip to main content

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu.

MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah.

Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling bertukar nomor telepon, aku kembali terkesiap. Sebagian besar teman-teman saya mengeluarkan handphone mereka yang berjenis PDA. Saya sempat merasa minder melihat jenis handphone sendiri, hanya berjenis biasa.

Astagfirullaaah...
tidak semestinya aku merasa minder dengan apa yang aku punya.

Mungkin handphoneku bukan PDA
tapi Alhamdulillaah masih punya handphone untuk paling tidak kirim SMS ke kakak-kakakku

Mungkin aku bukan dari golongan "the yuppies" seperti teman-temanku
tapi Alhamdulillaah aku memiliki pekerjaan yang aku cintai dan aku merasa nyaman dengan pekerjaanku

Mungkin aku tidak buka puasa di restoran mewah
tapi Alhamdulillaah masakan mamaku jauh lebih enak dibanding restoran manapun juga

Melihat teman-temanku yang bisa dipastikan gajinya jutaan, aku masih mengucap Alhamdulillaah. Karena aku tahu, banyak dari mereka yang demi mengejar jutaan itu, tak dapat berbuka atau bersahur bersama keluarga mereka.

Dalam hidup ini, sering aku (mungkin kita) sekali bertanya "kok dia punya, saya enggak ya?" atau bahkan mencela penampilan sendiri, seperti aku waktu kecil dulu pernah berpikir.

"Bersyukur itu lebih terasa nikmat...dibanding mempertanyakan kekurangan yang kita miliki."

Comments

nl said…
iya, ga usah minder.
hp itu gimana perlunya..bukan sebagaimana canggihnya..
temenku punya hp paling baru dan canggih, tapi gak bisa memakai kecanggihannya. cuma dipake buat sms aja.
mubazir jadinya kan..?
Nanti kalau sudah punya keluarga sendiri, Insya Allah baru menyadari betapa uang bukan segalanya tapi juga uang berguna untuk segalanya :D

Enggak usah minder mengenai materi, gini aja mikirnya "gue juga mampu koq beli tapi belum mau aja"...he..he.. yang penting "kaya" dihati bukan kaya dipenampilan...he.he.. gue koq kaya embah-embah, sok ngasih nasehat :-))
ime' said…
waaahhh, gue nggak pernah minder dengan orang2 yang ber-hp PDA, karena gue cuman butuh HP untuk :
1. SMS dan di-SMS
2. nelfon dan ditelfon
3. Weker

That's it :D daripada gue beli PDA, tapi nggak memaksimalkan fungsinya, rugi juga kan ? kalo' nyatet2, gue lebih prefer nyatet di agenda. bisa warna warni'in sendiri, bisa ngerenungin tulisan gue lebih dalem *soalnya gue gambar2, gue stabilo'in, gue ulik2 deh*.

Gaji berjuta-juta ? buat apa kalo' tersiksa ??? gue cuman mau menikmati hidup gue, ngelakuin apa yang gue suka, dan gak pake pura-pura. semakin pura-pura, semakin cape gue :D mendingan energinya dipake buat yang lain :P

nikmatin aja, asik kok kehidupan kita tuh ;) asal kita tau apa yang kita punya, dan apa yang kita mau ;) memanfaatkan kapasitas, abilitas, dan kualitas kita sampe mentok tok tok tok :P

oh iya ... lupa :D

salam kenal ;) *basi banget yah gue :P*
danu doank said…
kata pak ustad, kita katanya gak boleh ngeliat ke atas kalo jalan nanti bisa kesandung, bener kan ya. maksudnya sih jangan pernah ngebandingin sama yg lebih mampu dari kita. mending bersyukur, alhamdulillah lebih nikmat. tp jg gak boleh ngeremehin yg dibawah kita. blom tentu kan yg dibawah itu ibadahnya kalah sama kita. jangan-jangan di sisi allah swt mereka lebih mulia dr kita. demikian khutbah... *ngawur, ngabur ah...*
Q said…
Aneh emang, status dan harga diri kok bergantung ama hape... tapi ya kenyataannya banyak yang kayak gitu.
Setahun yang lalu aku masih pake hape yang udah berumur 4 tahun. Males ganti soalnya ya itu, yang ini masih berfungsi dengan baik kok dan aku belum butuh fasilitas aneh2 yang ditawarkan hape terbaru. Meskipun kadang, jujur, suka minder kalo liat orang lain pake hape yang kinclong2 :D
Barulah setelah hape itu suka ngadat, ganti deh. Itu juga bukan yang top banget, yang middle aja udah cukup :)

Kalo ngeliat keatas nggak bakalan ada habisnya, sebelum kepentok langit ;)
Ririn said…
buat apa minder ya?
hidup itu selalu disyukuri apapun itu bentuknya ;)
kita gak boleh selalu nengok ke atas terus, ntar kesandung...
jadi sering2 kita lihat ke bawah, masih banyak orang yang lebih tak beruntung dibanding kita ;)

ketika teman2 aku pada pamer HP berkamera dan ada fasilitas web jg radio, aku sempat ingin juga,...
tapi aku pikir2 hp ku yang emang udah ketinggalan, ternyata masih berfungsi untuk terima telepon dan sms-an ;)

met lebaran ya!!!
Johanamay said…
Nope.....minder ga perlu....
Hidup ini sudah indah...cos God has given us the beautiful part and responsibility one by one dear....bersyukur emang sudah menjadi jawaban dari semuanya....
Masih banyak yang lebih susah dan sedih kehidupannya dari kita Yaya sayang....*huge*

Love u always dear....^^v
Enakan hidup dibuat sesimple mungkin. Krn kalo hidup dan bekerja dengan orientasi yg salah (semata2 ngejar uang ato status), hasilnya cuma sakit kepala, stress dan depresi dan ujung2nya selalu merasa kurang dan kurang. I've been there before. Skrg yang penting hidup sederhana, mensyukuri setiap detiknya, dan alhamdulillah semua karunia itu menjadi lebih "terasa" dan aku semakin merasa "kaya". :-D
biruwarna said…
aku suka postingan kmu kali ini. ternyata bahawa "kesederhanaan" itu lebih mulia di sisi tuhan yang maha esa.
guario said…
setuju ya, bersyukur aja lah sama apa yang kita punya, tapi tetap semangat usaha bikin sesuatu yang lebih baik. hapeku juga butut dan masih blom ngerasa perlu pda, PDA (plis deh ah):D
unai said…
Yang penting gimana kita bersyukur aja ah Ya, toh kita nggak pernah ngerasa kekuarangan. Allah pasti akan menambah nikmat-Nya, kalo kita bersyukur. HP yang penting kan buat SMS, Telpon, dan weker...heheh

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...