Skip to main content

Manusia juga di sini

"Ya, gajinya berapa bulan ini?

Kusebutkan sejumlah angka.

"Sama nih sama aku. Dikit ya."

"Iya dikit." Atas nama solidaritas aku iyakan saja keluhan temanku.

"Kamu sih enak, gaji dikitpun gak masalah. Masih ada orangtua ini," cetus temanku lagi.

Susah payah kutahan mulut ini untuk meneriakkan, "APA? Jadi kamu pikir aku tinggal ongkang-ongkang kaki saja di rumah, hanya karena aku masih ada orangtua yang sehat walafiat???"

Sebaliknya, kusunggingkan senyuman di bibir dan berkata, "Ah, jangan begitu. Aku sama saja kok."

Ya Allah Yang Maha Mengetahui, kenapa masih saja ada orang yang berpikiran semudah itu. Melihat semuanya dari kulitnya saja.

Memang, setiap hari Alhamdulillah aku masih menemui kedua orangtuaku di rumah.
Memang, aku masih sering minta uang sama mereka.
Memang, aku satu-satunya anak papa dan mama yang masih belum menikah dan tinggal seatap dengan mereka.

Apa itu berarti gajiku tidak berarti?

Aku selalu berusaha menghargai setiap sen uang yang aku dapat dari hasil mengajar ataupun menterjemahkan.

Tidak perlu aku omongkan kan sama temanku?

Ya Allah, sabarkan hati ini untuk tidak perlu meneriakkan fakta-fakta itu di depan temanku.

Ya Allah, berikan aku kemampuan untuk tetap tersenyum menghadapi kalimat yang sama setiap bulannya.
Masa' aku harus menyanyikan lagu Seurius yang, "Yayaaaa juga manusiaaaaa......"

Comments

Unknown said…
Yaya dear,

nggak usah dimasukin ati...biarin aja..:)
nl said…
sabar..sabar..
Johanamay said…
let' sing....yaya juga manusia..punya hati punya rasa....jangan samakan dengan pisau belati hehehehe...sabar yach say...*hugs*
Agung del Paijo said…
Pagi yaya...Ngapain dipusingin Ya, ambil hikmahnya aja...Toh hidup akan terus mengalir tanpa harus peduli orang mau bilang apa...Yuk nyanyi....
Blogger juga manusia...akan sepi tanpa yaya.....
nyi2 said…
cuekin aja ya ..yg penting kan kita gak kek gituw :)
eniwei, hope u have a great day today!
Goiq said…
gw setuju ama lo ya. kenapa banyak banget orang yang suka menilai dari kulit luar nya aja...
-syl- said…
Sabarr... orang kan ngeliat luarnya aja ya, gak tau didalem seperti apa. Tapi justru itu yg bagus, buat apa tih ngumbar-ngumbar? ya gak? Ngerti banget deh soal jeritan hati yang ini, soalnya ngalamin juga. Hehehe
topan said…
Yaya...! bisa juga temen kamu itu hanya alat tuk mencoba kamu oleh-Nya.Yang penting kita bisa selalu Tawaqal en Istiqomah, kata Ustadz Sanusi Loh...!
Nyantai aja...
Wina said…
Yaya, sing sabar ya jeung, lagi ngiterin blog2nya org2 niy.. whuehuehue... met kenal ya...
Innuendo said…
seberapa dikitnya berkah tuhan, harus disyukurin. niscaya, tuhan akan memberi lebih...sok ustadzah deh gue hehehe
Yunus Idol said…
namanya juga manusia...
bisa saja hatinya luka
tapi sabar aja , Yaya
mungkin ucapan itu karena ketidaktahuannya
cindymon said…
lagi PMS yah say, kok sensi? ^_^
perlu sesekali belajar cuek *maybe*
muach
andhinhz said…
iyah...mbak yaya kan juga manusia...
jadi bisa berlaku manusiawi layaknya manusia2 lain kan?
hehehe...tapi hidup memang nggak selamanya manis ya mbak...
smoga slalu dikasih kesabaran...

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

My 2 cents

It started a couple of months ago, when I wanted to get rid of several books I own by having a book giveaway in my blog. Unlucky me, the moment is also coincided with an event held by an institution who collected books for donations. Then, I mus say this...unfortunately, some people started to question me.. "why didn't I donate them?" "you know, there are others who can't afford to buy book, etc..etc.." Ok, honestly... I was annoyed . Wasn't it enough that I said "this time I wanna give the books away with MY way? Oh please, don't use the this-is-Ramadhan,-so-it's-a-great-way-to-do-nice-things-for-others-excuse . Not to be defensive or anything, if I want to do great things I don't have to let the whole wide world know, don't I? and don't you agree there are still other nice ways to do the so called great things? Just my 2 cents..