Skip to main content

Beli "nyaman" satu

"Berapa harga sebuah kenyamanan?"

Saya pernah nonton sebuah film, dan di situ ada satu scene yang menggambarkan seorang laki-laki dan seorang wanita duduk di sebuah taman. Wanita itu berkata, "this is comfortable (ini nyaman)."


Di tengah hiruk-pikuknya dunia sekarang ini, apalagi ditambah dengan tombol fast yang sepertinya selalu ada di diri kita masing-masing, selalu membuat kita in a rush..apakah kita masih bisa nyaman?

Apakah orang yang bekerja, misalnya, pergi ke kantor dengan baju yang rapih kadang mahal, pulang kantor bisa hang out sama teman kerjanya, ditambah dengan gajinya jutaan rupiah..mereka nyaman?

Saya tidak tahu pasti tentang hal itu. Bagi saya, perasaan nyaman itu mahal harganya. Saya mengidentifikasikan nyaman dengan kemampuan saya sendiri untuk menjadi diri sendiri.

Jadi ingat, beberapa bulan lalu saya berkumpul dengan teman-teman baru saya yang yaaah boleh dibilang tidak pernah ketemu sebelumnya. Saya merasa (jujur) kurang nyaman, entahlah..apa karena saya lagi terkena "sindrom pertemuan pertama dengan orang baru" atau karena saya harus memegang 2 peranan. Peranan sebagai saya seutuhnya dan peranan sebagai saya yang harus tampil sempurna di depan teman-teman baru itu?

Nyaman = perasaan aman?

Perasaan itulah yang saya rasakan sekarang ini, di kamar saya sendiri, memakai daster (iya, saya selalu dasteran kalau di rumah). Ngomong-ngomong soal daster, daster mama saya selalu yang paling nyaman dipakai.

Coba deh, kapan terakhir kali kamu merasa nyaman?

Comments

Kartina Mutien said…
"nyaman" bukan berarti kita punya apapun juga ya....,
nyaman bwat ku sendiri sih sesuatu hal yg sulit u dijabarkan..tapi hanya bisa dirasakan oleh kita betul ga ya...
aq juga ga tahu apakah aq sekarang merasa nyaman atw belum....*binun sembari mikir*, heheehhe
fajar said…
kesederhanaan selalu membawa kenyamanan; sederhana, tidak kurang dan tidak lebih :)
Yunus Idol said…
Nyaman....? hahaha, gue geli geli sendiri kalo inget malam ini, saat gue mo balik dari Surabaya menuju jakarta dengan flight yang ditunda hampir 4 jam, bo! untuk mengusir rasa bete, gue sama reporter gue foto-foto dengan gaya yang gila2 abis, dan itu diliatin sama banyak orang. Sambil kita liatin hasilnya (pake digicam, gitu loh), kita ketawa2 ngakak berdua... rasanya betenya ilang dan nyamaaaan banget bisa cekikikan sementara orang pada mutung semua...
nl said…
nyaman gak bisa dibeli..
nyaman gak bisa dihargai dengn uang.
nyaman datang dari hati.

tapi kalao hidup ada di zona nyaman juga harus hati-hati juga..
nanti malah gak berkembang..
Linda said…
nyaman
aku merasakannya saat bersama orang² tersayang terutama ibu, dan saat mereka yg kita sayangi dalam keadaan sehat dan tak kurang suatu apapun
itulah kenyamanan bagiku
BeD said…
Nyaman... Pokoknya ga ada masalah dan berjalan seperti biasa... Nyantai...
unai said…
Nyaman gak bisa dibeli Say...
nyaman ada di hati...
isna_nk said…
nyaman? minggu lalu aku merasa nyaman. aku duduk di kamar, sepulang kerja abis asyar, megang hape, ga mikir yg berat-berat. fresh, relax n ga ada yg dikuatirin sedikitpun. soal hidup, mati, rejeki, teman, gebetan, blog,apa pun ga ada yg aku kuatirin. semua bisa aku terima apa adanya dan aku syukuri, nbahkan aku bahagia.

dan perasaan itu tergantung bagaimana kita MENCIPTAKAN-nya :) tergantung kita menginginkannya. :)
Tina said…
Beli nyaman dong Ya...
cindymon said…
nyaman = nggak ada pending job di kantor, nggak ada tugas dari kampus, kreditan motor lunas, atm penuh duit, bobok manies di rumah,, hwehehehehe,,, *komen nggak pentink*
yuliayulia said…
nyaman itu......pokoke endaaaahhhh pisan.....
hehe...dapet salam dari 'nyaman'

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per