Mungkin ada baiknya. Kali ini aku tahu pasti alasannya. Tidak harus aku menunggu hujan berhenti.
Aku menikmati hujan. Bukan karena hujan menghapus semua dukaku. Laraku telah terhapus dengan sendirinya, seiring dengan waktu.
Sejak sebulan lalu, aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyebut bahkan menuliskan namanya lagi. Juga seiring jalannya waktu, aku telah menghapusnya dari ingatanku.
Semua kenangan..semua pertanda..kuanggap semuanya hanyalah semu, tidak nyata, dan hanya ada dalam khayalku semata.
Walaupun masa membawanya kembali untukku, aku tidak akan ikut dengannya.
Aku menikmati hujan. Tanpa harus membawa bayangnya di tengah gemericik di luar sana.
Aku menikmati hujan. Walau harus kuakui
kangen..
Aku menikmati hujan. Bukan karena hujan menghapus semua dukaku. Laraku telah terhapus dengan sendirinya, seiring dengan waktu.
Sejak sebulan lalu, aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk tidak menyebut bahkan menuliskan namanya lagi. Juga seiring jalannya waktu, aku telah menghapusnya dari ingatanku.
Semua kenangan..semua pertanda..kuanggap semuanya hanyalah semu, tidak nyata, dan hanya ada dalam khayalku semata.
Walaupun masa membawanya kembali untukku, aku tidak akan ikut dengannya.
Aku menikmati hujan. Tanpa harus membawa bayangnya di tengah gemericik di luar sana.
Aku menikmati hujan. Walau harus kuakui
kangen..
Comments
You have to be strong, mbak...Nikmati aja hujan sebagai background perasaan kangen yg mbak punya
Insya Allah musim hujan tahun depan, mbak akan mengingatinya sebagai kenangan yg sangat indah..
Mbak Yaya harus kuat..I believe it, OK?
Keep your feeling in the rain...
:D
I always love rain ...
Blame it to the rain ? Ya, kalau pas kena flu. Asal bukan flu burung. selamat menikmati hujan,Yaya. Terima kasih telah sudi berbaik hati mampir di blog saya.
Bambang Haryanto
Close To You (http://undagi.blogspot.com)