Skip to main content

Nothing Lasts Forever

Terkadang orang yang kita kira akan tetap tinggal dalam hidup kita, justru malah pergi. Sebaliknya, orang yang kita kira jauh sekali dari hidup kita, malah datang untuk tinggal di dalam hidup kita.


Akhir-akhir ini, saya mulai mengakui kalau kiasan di atas..ada benarnya juga. Siapa sich yang tidak ingin berteman dengan siapa saja dan kalau bisa mempersatukan semua temannya, bahkan yang dari komunitas yang berbeda? saya salah satunya.

Iya, saya termasuk orang yang ingin berteman dengan siapa saja dan berusaha membaurkan teman dari komunitas yang satu dengan teman dari komunitas yang berbeda.

Kemarin ketika saya menghabiskan akhir minggu dengan teman-teman dari suatu komunitas, saya berpikir "siapa yang mengira pada akhirnya saya malah berteman dengan mereka?"

Emang sih, saya akui kalau pertama-tama pasti akan terasa adanya jarak antara kita. Maklum, teman ngumpul saya yang baru itu usianya jauh lebih tua :)

Tapi kayaknya tidak perlu ya, mempersoalkan umur? Mau lebih tua atau lebih muda, yang penting nyambung' aja sama kita. Kalau kata teman saya, "tidak perlu sehati Ya, yang penting kita menikmati berteman dengan mereka dan mereka juga senang berteman dengan kita."

Kalau hanya dengan kunci "menikmati sebuah pertemanan" kenapa donk kita sering merasa "kok si Romi gak pernah telpon aku lagi ya?" atau kenapa kita sering membatin "Si Wulan apa kabar yaa?"

Ayooo, ngaku deh..pasti sering merasa "kenapa kita gak bisa temenan deket lagi sama si A, B, atau si C."

Saya ngaku nich, guilty as charged :p

Tadinya saya sering mempertanyakan sama diri sendiri, apa saya yang salah yaa jadinya ada temen yang tadinya temen baik, sekarang malah menghilang ke negeri antah berantah ataupun kalau ketemu seperti dua orang asing yang tidak saling mengenal(baca: penuh basa-basi).

Hmmm, cukup mempersalahkan diri sendiri yaaa.

Waktu membuat saya banyak belajar. Dan yang saya sadari sekarang ini adalah: kita tidak pernah bisa meramal siapa yang akan tetap tinggal dalam hidup kita dan menjadi teman kita. Kita tidak akan bisa menahan seseorang untuk tetap menjadi teman kita. Setelah kita berusaha untuk menjadi seorang teman yang baik untuknya, itu saja. Yaaah, samalah dengan kalimat-kalimat klise (tapi bener juga) seperti: teman kita punya kehidupan sendiri, life goes on tanpa ada dia sekalipun, dan siapa kita yang berhak menahan temen kita untuk tetap tinggal.

Selanjutnya, kita serahkan sama Yang Di Atas untuk menentukan, apakah dia akan tinggal dan menjadi seorang teman kita atau tidak.

After all, nothing lasts forever, right? but, the important thing is we have to make every moment with our friends counts. Karena siapa tau besok dia gak akan ada lagi di hidup kita. Jangan sampai kamu menyesal tidak bilang kalau kamu sayang banget sama teman kamu itu.









Comments

unai said…
Kadang kita masih menyimpannya di adlam hati...
Tapi dia tak mau tinggal
Sahabat datang dan pergi..
Yang pergi sering tak kembali...
Yang datang hanya singgah sejenak...
Dimana kutemui..sahabat sejati??
Setuju....tapi temenku pernah bilang: itulah hidup. bergerak maju, dinamis dan gak statis. Masing2 pasti berubah sesuai dengan jalannya masing2.

Namun 1 yg masih susah kuterima...aku rindu beberapa org dari mereka...yg menghilang dan menjauh....apakah karena kesibukan, pacar baru, ato apalah.

Hhh....bener2 susah untuk memiliki 1 bestfriend for lifetime.
Theresia Maria said…
mau ngomentarin yg gimana lagi yach...aku emang dah jauh gini dari temen2 lama scr fisik. tapi kalo mudik, aku tetep bisa ketemu koq.
udah 3 kali ditinggal teman2 baik, mereka meninggal dunia karena sakit. sedih banget, kayak gak percaya.
Sisca said…
Mbak Yaya, sepertinya saya yg merasa tersindir banget, pernah lagi kesal saya sesumbar aja..andai pergi, sy akan pergi ke tempat yg susah di kunjungi..dan mungkin di sini adalah tempat yg di dengar malaikat kala itu...
RaRa said…
well.. friendship bisa disamakan dengan hidup kita ini. ada yang datang dan ada yang pergi. tapi yang jelas semua menorehkan memori di hati kita, baik yang pahit maupun yang manis. dan tentunya banyak juga pembelajaran dari pertemanan.. ya ga? :) weh tulisannya bisa nih ngisi chicken soup yg di blogfam :P
Wina said…
Iya Ya, kamu beruntung bgt bisa bergaul dgn komunitas mana saja, tp kalo udh dapet temen baru, jangan lupa temen lama ya.. mungkin aja si temen ngerasa ada yg hilang saat kamu sibuk dgn temen lain. Tapi sblm dia pergi jauh, jgn ragu bilang sayang ma dia. Temen deket ku bgt, dia dah meninggal sblm kita sempet baikan. rasanya nyesel bgt terus2an mpe kebawa mimpi sampai skrg, hampir 2 tahun.
Dear Yaya,
Thanks sudah datang ke blogku, THE BEAUTIFUL SARIMATONDANG. Mulanya aku pengen bilang, Be my friend. Tapi mungkin akan lebih sopan, bila aku katakan, can I be ur friend?
Belum sempat bongkar2 blogmu, tapi aku yakin, suatu waktu aku bisa nulis sesuatu tentang Yaya. Saya kira akan banyak yang saya bisa belaja dari Yaya. Tabik
isna_nk said…
kadang aku pun ingin mengirimkan sebait puisi pada temanku:

aku ingin menyayangimu dengan sederhana,
lewat kata yang tak sempat diucapkan *)


*) adopsi puisi Sapardi Djoko Darmono

barangkali kita pun pelit mengungkapkan kata itu, padahal, betapa berartinya sebuah ungkapan verbal. untuk mendapatkan kepastian, dan keyakinan. iya ndak Ya? .... ;)
ketket said…
Halu yaaa...
Long time no hear huh?

Tentang temenan..ehmm..gimana ya menurut gue, malah dalam temenan itu simple banget, nggak ada tuntutan apa2, yang ada saling memahami dan mendukung. Gue punya banyak komunitas, tapi cuma sedikit yang bener2 jadi sahabat gue...and I'm glad with that. Karena semua sahabat2 gue supportive dan caring, walopun frekuensi pertemuan relatif rendah, tapi rasanya nothing change.
Hai Ya...

Jangan merasa bersalah.. siklus pertemanan itu seperti roda mobil kok.. kadang diatas, kadang dibawah. Namanya juga hidup. Yang penting kan ngga putusin tali silaturahminya.. hehehehehehehe
Linda said…
cara Linda menjalin komunikasi dg teman² adalah dg tetap mengirimkan email. karna dg begitu mereka merasa bahwa kita masih ingat padanya. kehilangan seorang teman memang sangat menyakitkan, apapun itu alasannya.

ya udah ya, kalo emang sayang bilang aja. siapa sih orangnya??? yg itukah orangnya???? *bikin gosip*
Jeng Ungu said…
Haloo Yaya...hmm topik yg bagus!! Bener skalee, dari dulu gw sering pindah2, pindah skola pindah kota n sedihhh kalo akhirnya ga deket lageh ama temen hang-out dulu. Memang masih ada email, tapi kadang2 ada jg temen yg emank merasa lifenya uda beda dari kita and kalo email jg yg basa-basi <-- n ini makes me really sad =(. aniwaiz, kalimat close-up yg bagus, ngingetin gw buat ucapin cintah gue ke temen2 skrg hehehe. Postnya mantap!!
Ida Syafyan said…
Mbak postingan nya pengalaman pribadi aku banget tuh... aku udah kehilangan seorang teman hanya karena bicara jujur kalo aku gak suka habitnya. padahal maksud aku cuma mengingatkan bahwa habitnya itu akan membahayakan dia n keluarganya. Dia sendiri nyadar habitnya itu salah. Baru aku ngerti maksud dr kalimat "terkadang orang hanya ingin mendengar apa yg ingin dia dengar"... hiks sorry ya jadi curhat.

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...