Skip to main content

Nila di Belanga susu


Saat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu.

Saya telah dibunuh..

Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu.

Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain.

Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya.

Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih.

Karena nila setitik, rusak susu sebelanga

Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya?

Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupun menjadi lebih buruk. Dan lingkungan juga akan banyak mempengaruhi karakter seseorang. Tapi memilih untuk menjadi baik/ buruk seperti lingkungannya juga menjadi pilihan masing-masing individu.

Begitupun saya. Saya tidak bilang kalau saya itu sempurna. Tapi saya berusaha untuk menjadi orang yang baik, biarpun dengan segala kekurangan yang ada pada diri saya.

Dan saya tidak munafik. Saya pernah menyakiti seorang yang saya sayang dengan kata-kata. Coba tanya sama kakak saya :-) Berapa kali sich kita berantem? Tapi ya itu, setelah paling lama sehari kita diem-dieman, kita akan biasa lagi.

Yah, mungkin saya hanya butuh waktu.


Saya butuh waktu untuk mengakui kalau teman saya saat itu hanya memilih jujur, walaupun ia memilih berkata jujur dengan menyakitkan hati orang lain.

Padahal, bisa kan kita berkata jujur tanpa harus menggores luka di hati teman kita? (saya akan menggap pelajaran hidup teman saya belum sampai pada level tersebut).


Saya hanya butuh waktu untuk bisa memaafkan teman saya itu. Memaafkan dan melupakan apa yang telah teman saya lakukan itu.


Saya butuh waktu untuk bisa ketemu dengan teman saya itu tanpa harus ada suara di kepala saya yang berbisik "hal yang paling aku benci setiap kali ketemu kamu adalah kenyataan kalau aku gak bisa benci sama kamu, biarpun kamu telah menyakiti perasaan saya.."

Saya hanya butuh waktu untuk belajar menjadi seseorang yang berjiwa besar, menganggap apa yang telah teman saya ucapkan itu adalah caranya menunjukkan kepeduliannya terhadap saya.

Allah tena i ki tinro (Tuhan itu enggak tidur).

Saya yakin, Tuhan akan menyembuhkan luka yang telah dihadiahkan oleh teman saya itu. Karena saya tidak mau terus hidup dengan luka dari teman saya tersebut.

Comments

rewinding life said…
yaya...
saya juga pernah (sering?) mengalami hal yang seperti kamu tulis. Dan pada akhirnya saya menunjukkan sikap bahwa saya tidak suka diperlakukan seperti itu. Saya akan tunggu beberapa waktu, apa reaksi yang akan keluar. Kalau reaksinya tidak sama seperti apa yang kita harapkan...well, siap-siap untuk mencoretnya dari daftar teman kita. Tapi, dengan tetap membuka pintu maaf tentunya. Siapa tahu suatu saat dia berubah. Satu pelajaran penting yang saya dapat: Jangan pernah terlalu berharap sama orang lain. Sok menggurui banget ya gw:)
dahlia said…
Hey...ini soal temen kan? Bukan sahabat...
okay, gw cuman satu mo gw bilang ama elo.

Lupakan temen elo itu, jangan capek capek mikirin yang NGAK PENTING.

HIDUP CUMAN SKALI...biarkan NIAT BAIK elo itu, Tuhan yang menilai.

Trus, makin elo rusak HATI elo, makin mubazir smua NIAT BAIK elo.

YAYA, sayang...masih banyak temen temen elo yang mo jadi SAHABAT elo.
Bukan yang mo meLUKAI hati elo ituh.


Okay....lupakan...NIKMATI HIDUP..

LIFE IS BEAUTIFUL...

Senyum...lupakan yang bikin SEMPIT hati.

okay....muach...muach...sun sayang dari GW.
Bunda Renny said…
wuihhh yaya top deh nulisnya cakep bener;)
ciplok said…
idem sama DAHLIA

semua yg dahlia bilang udah mewakili untuk semuanya
Sisca said…
Mbak Yaya, nyaman sekali membacanya, saya suka !!!
Btw, Melupakan dan memaafkan juga nyaman loh :)
unai said…
Apa yang kamu anggap indah, tak selalu begitu...pun sebaliknya sesuatu yang kamu angap burukpun belum tentu seperti apa yang kamu bayangkan. Biarlah..ikhlaskan setiap perbuatan yang tidak berkenan..bukankah memafkan lebih baik?..sabar ya..
WeSy 'CiCi' said…
memang sakit jika teman sendiri menorehkan luka pada qta. tapi dengan kebesaran hatimu, maafkanlah dia.
euleuh... mani nyeri euy....
tapi masa mo dinikmati.... maafin & lupain yg udah... tul nggak?
blanthik_ayu said…
sis..,kata orang to forgive is to forget...kalo jujur, gw rada susah lupa kalo udah disakitin hihihi
Kalau kamu mengerti sebenernya ... hanya sahabatlah yang bisa mengatakan hal yang sedemikian jujur terhadapmu. Tak ada tendensi lain kecuali : Kebaikan.

:)
Linda said…
jangan pernah berhenti utk berbuat baik dan positive thinking my dear. yakinlah selalu bahwa apa yang kita berikan pada orang lain, hal itu akan kembali pada kita
yuliayulia said…
bener siiihhh cuma sahabat yang bisa ngomong jujur ma kita dgn tendensi kebaikan, tapi kebaikan gak harus pake menorehkan luka kaan???? n sbnernya lebih enak lagi klo yg bersangkutan yang ngomong jujur ma 'sahabat kita' ini...kata gw looooooo
anastasianani said…
hal yang paling aku benci setiap kali ketemu kamu adalah kenyataan kalau aku gak bisa benci sama kamu, biarpun kamu telah menyakiti perasaan saya.."

-- kata2 itu menunjukan kalau kamu itu benar2 seorang teman yang baik friend, ya udah, kamu mending menghibur dirimu sendiri, pergi shopping? makan? sini aku temenin
Theresia Maria said…
positive thinking aja Ya, tidak semua teman itu bisa ngerti dan memahami kita.
peristiwa ini ngajarin kamu biar kuat.
mbakDos said…
backstabbed by your dearest persons' maybe the worst thing ever done to you. and this kind of things've been made you believe what belong really is, right?!
Lili said…
Yaya, Ummi pingin banget deh ikutan, tapi pas ad jadwal pengajian....waaaa
Insya Allah next time pas waktunya pas.

satu lagi, congrats yaaa, karena begitu indah tulisanmu, aslah satu puisimu menghiasai bukunya Syafrina Siregar....hebat...selamat yaaaa

blog ini layak di jadikan buku...buruan daftar yaaa ke penerbit yg diberitahu mbak Sa
clodi said…
yay, my dear..
pas banget yang yaya tulis dengan yang aku rasain.. curahan hatimu memberikan kekuatan buat aku.. tetap bertahan yah! =)

Popular posts from this blog

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per