Perempuan itu berdiri di pinggir jurang. Siap untuk melompat menuju kedalamannya. Siap untuk mengakhiri segala sakitnya.
Semilir angin bertiup ia rasakan sejuk di kulit mukanya yang basah karena tangisnya sekian lama. Tubuhnya menggigil, entah karena hembusan angin atau kebekuan hatinya yang mulai mencair.
Perempuan itu telah berdiri selama satu jam di situ, di pinggir jurang itu. Segala peristiwa dalam hidupnya silih berganti bermunculan di benaknya, seperti slide-slide rol film yang berputar.
"Berusahalah, sampai jiwa dan ragamu lelah." Lewat monitor komputernya siang itu, seorang sahabat menasehatinya.
"Aku sudah lelah, tapi aku masih memiliki rasa itu," jawabnya.
"Ketika kamu lelah, tapi kamu masih memiliki rasa itu. Itulah cinta."
Perempuan itu menutupi mukanya dengan sebelah tangannya, untuk mengusir kecamuk di hatinya.
"Namanya Rena. Aku sayang sama dia."
"Selamat ya, akhirnya kamu menemukan belahan jiwamu."
Ia mengucapkan selamat dengan tulus, walau sebelah jiwanya patah saat mengatakannya.
Sudah 3 jam lebih perempuan itu berdiri. Kali ini kedua belah tangannya menutupi mukanya. Tangisnya melebur dalam jari-jemarinya.
"TUHAN, AKU SUDAH LELAAAAH!" teriaknya kepada alam sore itu. Kini raut mukanya menunjukkan kemarahan, keletihan, kebimbangan, semua rasa yang saling beradu dalam jiwa ragany
"Aku sudah teramat lelah. Tolong hilangkan saja semua rasaku, Tuhan," isaknya yang kini kian menjadi.
Gaung suaranya memantul dari penjuru alam.
Angin tetap berhembus lembut. Seolah ingin mendamaikan hati perempuan itu.
Jurang tempatnya berdiri masih di sana. Siap untuk dijadikan tempat terakhir bagi siapa saja yang ingin mengakhiri segalanya.
Perempuan itu beranjak menjauhi jurang. Menatap semburat mentari yang kian terbenam. Ia melangkahkan kakinya menjauhi jurang itu.
Perempuan itu..aku.
Semilir angin bertiup ia rasakan sejuk di kulit mukanya yang basah karena tangisnya sekian lama. Tubuhnya menggigil, entah karena hembusan angin atau kebekuan hatinya yang mulai mencair.
Perempuan itu telah berdiri selama satu jam di situ, di pinggir jurang itu. Segala peristiwa dalam hidupnya silih berganti bermunculan di benaknya, seperti slide-slide rol film yang berputar.
"Berusahalah, sampai jiwa dan ragamu lelah." Lewat monitor komputernya siang itu, seorang sahabat menasehatinya.
"Aku sudah lelah, tapi aku masih memiliki rasa itu," jawabnya.
"Ketika kamu lelah, tapi kamu masih memiliki rasa itu. Itulah cinta."
Perempuan itu menutupi mukanya dengan sebelah tangannya, untuk mengusir kecamuk di hatinya.
"Namanya Rena. Aku sayang sama dia."
"Selamat ya, akhirnya kamu menemukan belahan jiwamu."
Ia mengucapkan selamat dengan tulus, walau sebelah jiwanya patah saat mengatakannya.
Sudah 3 jam lebih perempuan itu berdiri. Kali ini kedua belah tangannya menutupi mukanya. Tangisnya melebur dalam jari-jemarinya.
"TUHAN, AKU SUDAH LELAAAAH!" teriaknya kepada alam sore itu. Kini raut mukanya menunjukkan kemarahan, keletihan, kebimbangan, semua rasa yang saling beradu dalam jiwa ragany
"Aku sudah teramat lelah. Tolong hilangkan saja semua rasaku, Tuhan," isaknya yang kini kian menjadi.
Gaung suaranya memantul dari penjuru alam.
Angin tetap berhembus lembut. Seolah ingin mendamaikan hati perempuan itu.
Jurang tempatnya berdiri masih di sana. Siap untuk dijadikan tempat terakhir bagi siapa saja yang ingin mengakhiri segalanya.
Perempuan itu beranjak menjauhi jurang. Menatap semburat mentari yang kian terbenam. Ia melangkahkan kakinya menjauhi jurang itu.
Perempuan itu..aku.
Comments
:-D
Istirahatlah sejenak, buang sauhmu jauh ke dasar samudra...nikmati pemandangan di sana...
Istirahatlah sejenak, buang sauhmu jauh ke dasar samudra...nikmati pemandangan di sana...
selemah itukah dirimu, sehingga harus membiarkan hidupmu berakhir didasar jurang?!
menangislah
menangislah
sini, maen disini aja.. lebih aman....
banyak kebahagian disini...
jangan sedih lagi...
u r not alone....
jangan pernah kau terjunkan diri ke dalam jurang
lupakan yg telah terjadi
buka lembaran baru
dan nikmati hidup ini
karna hidup ini hanya sekali