Subhanallaah, ESQ kemarin mengajarkan banyak sekali bagi diri saya pribadi. Di hari kedua kita (terutama saya) mendapat pencerahan tentang suara hati.
Saat itu Bapak Iman (trainer kita) memanggil salah seorang peserta untuk menemaninya di depan.
Kemudian, Pak Iman mengajak ngobrol beliau sambil beranjak duduk. Otomatis peserta tersebut ikut duduk. Setelah orang itu duduk, Pak Iman beranjak berdiri. Kembali, bapak itu ikut berdiri.
Hal itu terjadi sampai 3 kali, Bapak Iman duduk dan kembali lagi berdiri. Sampai akhirnya Pak Iman duduk kembali dan peserta training yang dipanggilnya diminta untuk tetap berdiri.
Kelihatannya trainer saya sedang bercanda ya?
Ya, itulah yang ada di pikiran saya juga.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, apa yang ada dalam pikiran kalian sekarang?" begitu tanya Pak Iman kepada peserta training.
Macem-macem jawabannya.
"Pak Iman, berdiri."
"Pak (tertuju ke si peserta yang di depan), duduk aja."
"Apakah saya akan berdiri begitu saja?" tanya Pak Iman lagi.
Peserta training mulai terlihat ragu-ragu, sampai ada seorang ibu yang maju ke depan untuk meminta si bapak yang berdiri untuk duduk juga.
Ibu itu telah mengikuti suara hatinya :-)
Sering suara hati kita tergelitik untuk melakukan suatu kebaikan. Tapi sering juga apa yang kita dengar di hati kita berhenti hanya sampai di hati saja. Tidak lebih.
Saat itu Bapak Iman (trainer kita) memanggil salah seorang peserta untuk menemaninya di depan.
Kemudian, Pak Iman mengajak ngobrol beliau sambil beranjak duduk. Otomatis peserta tersebut ikut duduk. Setelah orang itu duduk, Pak Iman beranjak berdiri. Kembali, bapak itu ikut berdiri.
Hal itu terjadi sampai 3 kali, Bapak Iman duduk dan kembali lagi berdiri. Sampai akhirnya Pak Iman duduk kembali dan peserta training yang dipanggilnya diminta untuk tetap berdiri.
Kelihatannya trainer saya sedang bercanda ya?
Ya, itulah yang ada di pikiran saya juga.
"Bapak-bapak, ibu-ibu, apa yang ada dalam pikiran kalian sekarang?" begitu tanya Pak Iman kepada peserta training.
Macem-macem jawabannya.
"Pak Iman, berdiri."
"Pak (tertuju ke si peserta yang di depan), duduk aja."
"Apakah saya akan berdiri begitu saja?" tanya Pak Iman lagi.
Peserta training mulai terlihat ragu-ragu, sampai ada seorang ibu yang maju ke depan untuk meminta si bapak yang berdiri untuk duduk juga.
Ibu itu telah mengikuti suara hatinya :-)
Sering suara hati kita tergelitik untuk melakukan suatu kebaikan. Tapi sering juga apa yang kita dengar di hati kita berhenti hanya sampai di hati saja. Tidak lebih.
Begitu juga saat misalnya kita ingin berkata kasar kepada teman kita, lalu ada suara dalam hati yang berbisik: "Jangan begitu, nggak baik."
Kenapa donk kita sering mengabaikan suara hati?
Jawabnya, ya karena kita masih punya persepsi, masih ragu, masih mempertanyakan suara hati kita sendiri.
Pernahkah kita berpikir: siapa yang membisiki hati kita?
Sebenarnya, itu suaranya Sang Khalik.
Saya juga baru belajar, kalau ternyata suara hati itu adalah suaranya Allah (Tuhan).
Lalu, kalau kita masih memiliki prasangka bahkan dengan suara hati sendiri...
berarti kita menyangsikan Allah.
Kenapa donk kita sering mengabaikan suara hati?
Jawabnya, ya karena kita masih punya persepsi, masih ragu, masih mempertanyakan suara hati kita sendiri.
Pernahkah kita berpikir: siapa yang membisiki hati kita?
Sebenarnya, itu suaranya Sang Khalik.
Saya juga baru belajar, kalau ternyata suara hati itu adalah suaranya Allah (Tuhan).
Lalu, kalau kita masih memiliki prasangka bahkan dengan suara hati sendiri...
berarti kita menyangsikan Allah.
Astagfirullaah,
Ya Rabb, ampunilah hamba-Mu yang sering mempertanyakan diri-Mu.
Ya Rabb, ampunilah hamba-Mu yang sering mempertanyakan diri-Mu.
Comments