"Maaf yaaa..jangan marah donk.""Masih marah yaa?"
"Marah ya? maaf deeh."
Akhir-akhir ini banyak banget mendengar kata maaf di lingkungan saya. Saking seringnya, jadi merasa kalau permintaan maaf mudah sekali diobral. Seolah-olah menganggap nanti kalau salah minta maaf saja.
Orang minta maaf disebabkan banyak hal, jelas karena habis berbuat/berkata salah, menyinggung orang lain atau ada yang cuman lip service (basa-basi). Saking seringnya saya dulu minta maaf ke orang, jadi capek sendiri akhirnya.
"Si Yaya sombong dan angkuh banget ya, gak mau minta maaf?"
Beginiiii, sempat mikir gak daripada sering-sering minta maaf..lebih baik belajar menyaring ucapan yang keluar dari mulut sendiri? Awalnya sih susah...mau ngomong aja kok ada filternya? Mulut sendiri ini, kok orang lain yang repot?
Hehehe, kalau saya siih mendingan diam daripada akhirnya mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan orang lain. Karenaaa, kita gak akan pernah bisa menelan kata-kata kita sendiri.
Bukan berarti maaf gak penting lhoo. Eh tapi kalau dipikir-pikir lagi, ini bukan masalah maafnya tapi lebih ke pengakuan kalau diri orang tersebut tidak sempurna.
Kalau begitu, kenapa harus gengsi meminta maaf?
Comments
Kalo minta maap yg tulus emang kadang syusaaaah loh. :D
Jadi kenapa mesti gengsi meminta maaf? toh gak ngabisin energi, gak ngabisin tenaga dan itupun perbuatan yg sangat baik agar tetap bisa menjaga hubungan dengan baik
daripada di tahan2 malah makin jadi beban yg terus menghantui krn terus merasa bersalah
Forgiven not forgoten