Terkadang kita harus meninggalkan logika dan lebih mendengarkan suara hati
Kalau orang lain lebih sering bermain dengan logika dalam bertindak, saya justru kebalikannya. Malah dalam beberapa hal saya memilih lebih mendengarkan apa yang diminta suara hati, padahal kalau mengikuti logika "enggak banget". Contoh simplenya sih hari Minggu lalu waktu saya menghadiri acara pengajian keluarga.
Di pengajian tersebut dibahas ayat-ayat AlQuran satu demi satu, jadi yang hadir juga bergiliran membaca ayat-ayat tersebut. Beberapa kali mengikuti acara tersebut, tapi saya selalu menghindar buat ikut mendapat giliran membaca. Alasannya: malu. Saat itu logika saya kebanyakan ikut andil dalam bertindak.
"Kalau suara saya gak jelas gimana?"
"Saya kan cadel, nanti diketawain
lagi."
"Malu aah."
Dsb..dsb..intinya saya jadi tidak ikut membaca saja. Sampai di Minggu kemarin ketika tiba-tiba sang suara hati mendesak keluar, memaksa saya untuk bergerak.
Akhirnya setelah mematikan logika saya barang sejenak, saya memberanikan diri ikut membaca ayat-ayat suci AlQuran yang itu juga.
Sederhana ya?
Emang, tapi saya sudah berhasil untuk bergerak dan mendengarkan suara hati pada akhirnya.
Comments
Apa kabar Yaya?... Lama gak masuk sini. Sukses selalu.
;) hugs, Mbak Na