Skip to main content

Lebih bersyukur aja

Pagi ini baru nerima majalah bulanan MLM yang aku ikutin dulu. Baca-baca pengalaman temen-temen seniorku yang udah sukses, sempet sich terbetik rasa nyesel kok dulu gak tekun ya ngejalaninya, kalo gak kan mungkin aja bisa seperti mereka. Tapi rasa nyesel gak lama kok, karena aku inget kan setiap orang udah ada jalannya masing-masing yang dikasih Allah.
Mungkin memang aku harus melewati jalan itu ya, harus ngerasain kerasnya kerja MLM. Jadi sekarang lebih bisa mensyukuri kerjaanku yang ini. Emang sich jalanku gak mudah dalam bekerja. Sempet nganggur 3 tahun, sempet nyoba MLM, sempet ngasih privat. Mungkin Allah mau ngasih yang berat-berat dulu ke aku, sebelum ngasih yang manis.
Ngebuka majalah itu, mengingatkan aku untuk lebih bersyukur. Biar aku gak sesukses mereka, paling gak, aku nyaman dengan kerjaanku sekarang.

Comments

Mi (なおみ) said…
sama 'ya,
temen-temen deket gw juga udah pada sukses semua,sekolah ampe S2,kerjaan ok,bisa beli mobil sendiri,jalan-jalan ke luar negeri,shopping...pokoknya keren lah..
Tapi kalo' mikirin itu malah bikin .. gimana gitu..
Alhamdulillah gw bisa bahagia dengan apa yang gw raih sejauh ini,walaupun gak seperti mereka.
Apalagi setelah ada musibah Aceh ini,gw gak butuh mobil,gw gak butuh jalan-jalan ke luar negeri.Dengan Allah memberikan keselamatan ke gw dan keluarga,gw amat sangat bersyukur,sementara masih banyak sodara-sodara kita yang kesusahan,prihatin....
dodY said…
yg penting bisa bahagia dgn ur job yg skrg itu sudah more than enough, kan jeng :-)

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu. MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah. Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling ber