Skip to main content

"Apa yang kamu mau?"

Akhir minggu kemarin, alhamdulillaah saya mendapat kesempatan mengikuti training ESQ selama 2 hari.

Di hari kedua, ada satu session yang sangat melekat di hati saya.

Para peserta training diminta untuk berpasang-pasangan (tetap laki-laki dengan laki-laki dan perempuan dengan perempuan). Syaratnya usia antara kita dan partner kita tidak boleh terpaut terlalu jauh.

Kita diminta untuk duduk berhadapan. Setelah menentukan siapa orang pertama (yang bertanya terlebih dahulu) dan orang kedua (yang menjawab), semua lampu di ruangan itu dimatikan sehingga ruangan menjadi gelap.

Kemudian trainer kita (Bapak Iman Herdimansyah) meminta kita untuk membayangkan bila saat itu adalah detik terakhir kita di dunia.

Selanjutnya, kita diminta untuk berpelukan setelah sebelumnya mengucapkan Basmalah dan bersumpah untuk menjaga kerahasiaan apapun yang diucapkan oleh masing-masing dari kita.

Dan orang pertama diminta untuk bertanya kepada orang kedua.

Pertanyaannya simple sekali, "Apa yang kamu mau?"

Dan bila ia tidak dapat menjawab, yang bertanya harus memukul punggung temannya.

Saya adalah orang kedua, dan teman saya menjadi yang bertanya.

Subhanallaah, ternyata, sulit sekali menjawab pertanyaan sesimple itu. Begitu banyak yang saya inginkan di ujung ajal saya.

Begitu juga ketika giliran teman saya menjawab. Kita berdua tidak dapat menahan buliran air mata kita.

Tangisan karena kesedihan, juga karena kebingungan menjawab pertanyaan itu.

Setelah itu, kita diminta untuk saling mengucapkan 2 Kalimat Syahadat di kuping kita. Dan berkata,

Saudaraku..

Tuhanmu bukan anakmu
Tuhanmu bukan orangtuamu
Tuhanmu bukan hartamu
Tuhanmu bukan gelarmu...

Saudaraku..

ALLAHU AKBAR

Yang kita mau hanyalah ALLAH.

Di saat itu, saya merasa begitu kecil sekali. Betapa saya telah menyepelekan kehadiran Allah sekian lama di hati saya, dan lebih mencintai yang lain di atas Allah SWT.

Saya merasa takut, bahkan malu. Betapa saya sudah diberi nafas secara gratis, dan saya menyia-nyiakan Pemberi nafas saya.

Astagfirullaah.


Maaf, tulisan ini bukan bermaksud apa-apa. Saya hanya ingin berbagi pencerahan yang Alhamdulillah saya dapatkan di akhir minggu kemarin.

Subhanallaah

Comments

Mama Zaza said…
insyaallah hasil ESQnya tambah bikin kita yakin sama yang diatas ya te...
ciplok said…
"Apa yang kamu mau?"

[mikirnya enggak bole lama-lama yah ?]
Youtea said…
jadi pengen ikutan deh mba... dijogja ada gak ya....?

terkadang kita memang hanya selalu memikirkan apa yanga da dihadapan kita saja. dan tidak sadar bahwa apa yang sebenernya yang kita butuhkan ada didalam hati kita....
unai said…
ESQ banyak manfaatnya, banget kan sist? semoga menjadi lebih baik ya
Mama Firza said…
ESQ emang banyak banget manfaatnya, mudah-mudahan bisa membuat kita lebih baik lagih.. waktu gw ikutan ESQ, 3 hari mata menjadi bengkak kebanyakan nangis :P
abyaz-bayza said…
makasih ya.. udah ngeshare kesan ESQnya..
cikubembem said…
makasih ya udah posting disini. tadi sejak awal ak bingung.. kok skr semua postingannya ttg agama. ooooh... trus stlh baca bbrp postingan baru tahu.. habis training to. emang skr ada training ESQ? bagus ya, ada macem2 training skr

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu...

Menuju: pulang

"Kita akan melakukan perjalanan ke luar dari kita. Mari saudaraku, kita tundukkan kepala, pejamkan mata dan cobalah bersihkan hati kita." "Apaan sich? Norak ih." Runtukku (dalam hati saja). Tapi aku mengikuti yang lainnya, yang mulai menundukkan kepala mereka. "Saudaraku, kita sedang keluar dari diri kita. Dan kita dapat melihat kehidupan kita sendiri selama ini." "Lihat apa sich? Tidak ada apa-apa kok," batinku tapi tetap mencoba ikut dalam (yang kukira) permainan ini. Tapi.. potongan-potongan pagiku tadi mulai berkelebatan dalam benakku. Dimulai dari aku bangun pagi, aku yang selalu tergesa sebelum pergi, aku yang telah membentak asisten mamaku di rumah. Semuanya mulai bergulingan dalam benakku. Kepalaku mulai terasa berat. "Saudaraku, apa yang telah kau lakukan dengan hidupmu?" Dan kepingan-kepingan hidup diriku kembali berserakan. Tak sadar, aku terisak. Melihat aku yang begitu menyia-nyiakan banyak kesempatan untuk berbuat baik. Da...

Knowing "there"

Suatu siang di hari Sabtu.. "I don't belong there, mbak." Aku tersenyum, bukan karena aku menertawakan pemikiran temanku itu. Senyumku lebih karena aku sempat punya pemikiran seperti itu, dulu. Setiap saat aku berada di tengah-tengah orang lain yang kupanggil "teman", aku tidak bisa menghindar untuk tidak bertanya dalam hati, "apakah aku benar-benar termasuk dalam komunitas ini, atau aku hanya lagi memakai topeng nyamanku?" Tidak dapat kupungkiri kalau rasa jengah, kurang nyaman, malu ataupun terkadang minder sering aku rasakan bila lagi berkumpul dengan teman-temanku. Mungkin karena aku merasa terkadang pandanganku berbeda dengan teman-temanku. Juga gaya hidup mereka yang berbeda dengan aku. Bila kamu merasa tidak nyaman dengan teman-temanmu, apakah kamu harus pergi dari mereka? Hmmm, aku akan balik berkata.. "kenapa aku harus selalu mencoba untuk menyamakan bedaku untuk dapat diterima? Pilihan untuk hengkang dari "there" juga tidak per...