Skip to main content

Aku dan waktu

Mulutku membuka, siap untuk mengatakannya. Untuk kesekian kalinya aku mencoba mengeluarkan rasaku padanya.

Tatapannya kian membungkamkanku, ia seperti berkata "sudahlah, biarkan kita seperti kita sekarang."

Kembali aku bisu. Dan waktu terus berjalan cepat tanpa henti. Begitu banyak yang pergi, berubah.

Pernah..
"itu untuk kamu.."

"Buat apa?" tanyanya.


Sayang urung terucap dari bibirku. Kembali pertanda itu terberi tanpa makna.Dan waktu kembali melaju kencang. Aku masih memberinya (waktu).

Aku atau waktu yang harus meninggalkannya?

Comments

Fitra Irawan said…
hiks :( jadi gimana donk?
Mikochin said…
makasih, mbak, dah mampir ke blog sayah...



kisah cinta pribadi, tuh??
Pritha Khalida said…
Oh woow...ngasih waktu sama siapa nih, Bu?? ;)
purwa said…
tak akan ada satu pun yang akan meninggalkannya... ;)


dhie
http://jendelahati.net
Unknown said…
jeng, kok kayanya jadi mellow? hehe
btw, gimana sih caranya ngubungin dirimu? aku sering telp ke no-mu tapi kok suka gak diangkat ya? maaf tempo hari aku kelupaan kasih vouchernya, jadi merasa bersalah dan ngerasa punya utang nih. next time kalo mo ke moz5 bintaro bilang2 yaaaaaaa

Popular posts from this blog

Nila di Belanga susu

S aat kamu mengira kalau kamu telah benar-benar mengenal seseorang yang telah kamu anggap dan menganggapmu sebagai seorang teman, orang itu mengatakan sesuatu yang begitu menusuk hati kamu. Saya telah dibunuh.. Butuh waktu yang tidak singkat bagi saya untuk mencerna kenyataan yang benar-benar terjadi pada diri saya saat itu. Butuh waktu bagi saya untuk belajar kalau tidak semua niat baik akan dianggap baik juga oleh orang lain. Butuh waktu bagi saya untuk berpikir apakah saya kurang mempertimbangkan perasaan orang lain dengan niat baik saya. Butuh waktu bagi saya untuk benar-benar menyadari kalau yang "seorang teman saya" katakan itu salah dan saya berhak untuk kecewa, marah dan sedih. Karena nila setitik, rusak susu sebelanga Butuh waktu bagi saya untuk jujur pada diri saya sendiri apakah seseorang itu benar-benar layak menjadi teman saya. Yang terpenting, apakah saya masih ingin menjadi temannya? Saya tahu, manusia bisa berubah kapan saja dia mau. Menjadi lebih baik ataupu

Yohan dan Mbak Surastilah akhirnya ketemu

Maaf nich yang gak suka sama Petir, berhubung aku suka dan menikmati acara itu..sekarang aku mau cerita tentang Petir lagi. akhirnya ketemu sama Mbak Surastilah. Hik...bener-bener mengharukan dech adegan pertemuan mereka, Yohan langsung sungkem sama Mbak Surastilah dan bawain beberapa makanan untuk mbak Surastilah. Bukannya membangga-banggain Yohan nich, tapi apa yang aku liat, itulah yang aku nilai. Dan gak mungkin hal seperti ini sudah dibuatin script dialognya (kayak sinetron).

Bersyukur

Tak terasa Ramadhan sudah hampir berlalu, dan Alhamdulillaah tahun ini aku lebih banyak dimudahkan Allah untuk bersholat Tarawih di mesjid . Karena seringnya aku dan mamaku menghamparkan sajadah di mesjid, kita jadi lebih sering juga memperhatikan orang-orang di rumah Allah itu. MasyaAllah, Allah itu memang Maha Kuasa ya, menciptakan manusia dengan bermacam-macam paras dan perilaku. Seperti 2 malam sebelumnya, ketika sajadahku bersebelahan dengan sajadah seorang wanita cantik. Bila dilihat dari bentuk caranya berbusana, wangi tubuhnya dan tasnya yang keren, aku dapat menebak kalau wanita ini yang sudah termasuk ibu-ibu adalah dari golongan "the haves." Aku sampai terkagum-kagum melihat ibu ini yang begitu total penampilannya untuk bertamu di rumah Allah. Ngomong-ngomong soal "the haves" dan "the haves not," aku jadi ingat, seminggu yang lalu saat mengadakan Ifthor (buka puasa) bersama dengan teman-teman SMA di rumah aku. Ketika tiba saatnya kita saling ber